TEMPO.CO, Jakarta - Seorang wartawan sebuah media online menjadi korban penipuan yang dilakukan seorang lelaki yang mengaku sebagai polisi. Wartawan yang minta dipanggil Zar itu menderita kerugian Rp 20 juta. "Kejadiannya Kamis (21 maret 2013) kemarin," kata Zar ketika ditemui pada Sabtu, 23 Maret 2013.
Awalnya, Zar yang sehari-hari bertugas di kompleks DPR Senayan menerima telepon dari seseorang bernama Lubis. Kebetulan, dia memang pernah berkenalan dengan seorang polisi yang memiliki nama itu. "Si penelepon mengaku sebagai Lubis yang saya kenal," katanya.
Dalam percakapan lewat telepon itu, Lubis ini menawarkan sejumlah barang elektornik. Di antaranya, komputer jinjing, kamera DSLR, komputer sabak, dan telepon pintar berbagai merek. Katanya barang itu hasil sitaan Kepolisian Daerah Metro Jaya yang hendak dilelang. Harga yang diminta Rp 77 juta untuk 36 item barang.
Meski harga yang diminta terbilang murah, Zar merasa tidak tertarik. Alasannya, dia tidak memiliki uang sebanyak itu. Lubis pun menutup sambungan telepon.
Sore harinya, sekitar pukul 17.00, Lubis kembali menelepon Zar. Dalam perbincangan tersebut, Lubis kembali menyampaikan tawaran yang sama. Namun kali ini dia memberi kemudahan. "Cukup bayar setengahnya dulu, barang bisa keluar," katanya. Lagi-lagi Zar menolak. Dia mengaku hanya memiliki uang Rp 5 juta.
Lubis akhirnya meminta Zar mengirim uang Rp 5 juta itu sebagai uang muka. Tapi dia juga meminta Zar mencari uang tambahan untuk membayar sisanya. Uang yang terkumpul nanti ditransfer ke rekening BRI atas nama Mulyadi.
Keesokan harinya, Zar memberi tahu rekan-rekannya yang bertugas di DPR tentang tawaran barang murah itu. Rupanya banyak temannya yang tertarik. Mereka pun patungan dan terkumpul Rp 15 juta. Zar kemudian menghubungi Lubis untuk memberi tahu akan mentransfer uang lagi. Kali ini Lubis meminta Zar mengirim ke rekening Irwansyah di Bank Mandiri.
Setelah uang ditransfer, Zar menghubungi Lubis. Mereka sepakat bertemu di sebuah rumah makan cepat saji di Salemba, Jakarta Pusat, untuk menyerahkan barang yang dibeli. Pukul 21.00, Zar sampai di restoran tersebut. Namun orang yang ditunggu tidak kunjung muncul.
Tidak berapa lama, Lubis menghubungi Zar. Dia mengaku sudah di jalan dan meminta dikirimi pulsa sebesar Rp 300 ribu. "Tapi saya cuman kirim Rp 200 ribu," katanya. Ditunggu lama, rupanya Lubis tak juga datang. Dicoba dihubungi, nomornya sudah tidak aktif.
Besoknya, Jumat, 22 Maret, Zar mendatangi Lubis yang dikenalnya. "Lubis mengaku tidak tahu-menahu tentang transaksi itu," kata Zar. Bahkan Lubis siap untuk diperiksa. "Dia menyarankan saya untuk melaporkan kasus ini ke Polda Metro." Saat itulah Zar baru sadar bahwa dia kena tipu. Lubis yang selama ini menghubunginya dan menawarkan barang murah itu ternyata bukan Lubis yang dia kenal.
SYAILENDRA
Berita Populer:
Serangan Jantung, Ricky Jo Meninggal Dunia
KPK Tangkap Pimpinan Pengadilan Negeri Bandung
Pembongkaran Gereja Bekasi Dinilai 'Over Acting'
Kronologi Serangan ke Penjara Sleman
Korban Penembakan Terduga Kopassus Terkapar di Sel
Anggota Kopassus Diduga Serbu Penjara di Sleman
Ini 5 Tuntutan Pengunjuk Rasa 25 Maret
Adi Bing Slamet 'Diserbu' Pengikut Eyang Subur
Kondisi Korban Tembak Terduga Kopassus Mengerikan
Terduga Kopassus Penyerang LP Sleman Rebut CCTV