TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia sepanjang pekan lalu terkoreksi 14,92 poin (0,3 persen) ke level 4.922,068. Aksi ambil untung yang dilakukan oleh para investor dan kenaikan harga-harga saham unggulan kembali membebani IHSG menyentuh level psikologis 5.000, pekan lalu.
Indeks pekan ini kembali berpeluang menguat dipicu oleh ekspektasi deflasi pada bulan ini, pengumuman proporsi pembagian dividen dari para emiten, dan antisipasi keluarnya laporan keuangan triwulan pertama 2013. Selain itu, pembelian selektif yang dilakukan oleh investor asing bisa menopang indeks.
Analis dari PT Sinarmas Sekuritas, Christandi Rheza Mihardja, mengungkapkan, dari sisi teknikal, indeks hari ini akan bergerak menguat terbatas dalam rentang 4.900-4.950. “Adapun saham-saham yang dapat menjadi perhatian kali ini antara lain Bank Mandiri (BMRI), Wijaya Karya, (WIKA), serta Ciputra Surya (CTRS),” tuturnya.
Setelah pekan lalu data inflasi dan perdagangan dirilis, pekan ini pemodal menunggu pengumuman suku bunga BI Rate. Kendati inflasi tergolong tinggi sepanjang tiga bulan pertama 2013, tapi masih terkendali. Selain itu, investor akan mencermati pernyataan Bank Indonesia soal perekonomian domestik.
Dirilisnya data tenaga kerja non-pertanian Amerika yang jauh di bawah perkiraan para analis memunculkan kembali kekhawatiran investor terhadap pertumbuhan di negara tersebut. Ini membuat bursa global mengalami koreksi, kecuali bursa Tokyo, yang melonjak tajam sepanjang pekan ini karena melemahnya yen.
Data tenaga kerja di sektor jasa Amerika bulan lalu hanya tumbuh 84 ribu jiwa, turun dibanding bulan sebelumnya, 268 ribu tenaga kerja. Sedangkan angka pengangguran Maret lalu turun menjadi 7,6 persen dari bulan sebelumnya, 7,7 persen.
PDAT | VIVA B. K