TEMPO.CO, Jakarta - Menurut psikolog Kasandra Putranto dalam soal pembentukan self esteem, seorang anak harus dibekali empat tahapan. Pertama, self awareness, yaitu bagaimana anak menyadari siapa dirinya. Tahapan ini biasanya dilewati pada masa balita. Ditemui Selasa beberapa waktu lalu, Kasandra menjelaskan dalam tahap self awareness, peran orang tua adalah menanamkan dan mengajarkan nilai-nilai.
Bekal kedua adalah self concept atau konsep diri. Dalam pembekalan konsep diri, seorang anak akan sangat dipengaruhi oleh citra orang-orang di sekitarnya. Karena itu, dalam tahap ini, seorang anak diajarkan menghadapi kenyataan perihal bagaimana penilaian orang terhadap dirinya. “Kadang citra yang dibentuk orang tua di rumah kan berbeda dengan penilaian orang di luar,” kata Kasandra.
Dalam pembentukan konsep diri ini, seorang anak biasanya mulai belajar membanding-bandingkan. “Karena itu, mulai diajarkan mana yang baik dan mana yang buruk,” kata Kasandra.
Pada tahap ini anak juga mulai dibekali nilai-nilai budaya yang ada di sekitarnya. Tidak heran bila ada anak yang langsung protes ketika ada ajaran yang berbeda antara yang diajarkan di rumah dan di sekolahnya. “Pada tahapan ini, orang tua sudah mulai berhati-hati soal adanya diskriminasi budaya yang mungkin terbentuk di sekitar anak,” kata Kasandra.
Dalam tahap konsep diri inilah nantinya terbentuk interpretasi diri. Artinya, anak akan memiliki ketegasan sendiri terhadap dirinya meski banyak faktor yang sudah diajarkan sebelumnya.
Pembekalan ketiga adalah identifikasi dan diferensiasi. Artinya, orang tua harus sadar akan tindakan yang pernah dilakukannya. Sebab, pada tahap ini anak mengidentifikasi apa yang dilakukan orang tuanya. Orang tua harus bisa membentuk garis tegas bahwa anak berbeda dengan dirinya.
Misalnya, ibu dengan anak lelakinya. Beri pengertian bahwa ibu adalah perempuan yang dapat melakukan hal tertentu, sedangkan anak laki-laki belum tentu dapat melakukan apa yang dilakukan ibu, begitu pula sebaliknya. “Contoh kecilnya, anak laki-laki tidak memakai sepatu hak tinggi,” kata Kasandra.
Setelah semua ketiga bekal itu diberikan, baru orang tua memberikan bekal keempat, yaitu self advocacy dan self skill (keterampilan diri). Anak diajarkan untuk memiliki kemampuan tertentu sebagai bekal kehidupan, misalnya kemampuan berbahasa, bela diri, dan sebagainya. Jika keempat bekal sudah diberikan, dalam diri anak akan terbentuk self esteem.
“Jika self esteem sudah terbentuk, dalam diri anak akan terbentuk self power dalam bertindak dan berpikir,” ujar Kasandra. Meski begitu, ia melanjutkan, konsep pembekalan psikologi tidak selamanya berlaku mutlak. “Terkadang ada anak yang tidak memiliki tahap pembekalan yang baik, tetapi tetap memiliki self power yang baik.” (Baca: Membangun Kepercayaan Diri)
CHETA NILAWATY
Topik Terhangat:
Baca juga:
EDISI KHUSUS Tipu-Tipu Jagad Maya
Bom Boston, Ini Kesaksian Jurnalis Boston.com
Bom Boston Sebenarnya Ada 7, Meledak 2