TEMPO.CO, Surabaya - Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar Jawa Timur, Muthowif mengkritik kebijakan pemerintah yang berencana membuka lebar-lebar impor daging premium pada semester II tahun ini.
Menurut dia, pembebasan impor daging sapi jenis premium tidak akan menurunkan harga daging sapi segar di tingkat pasar tradisional. Sebab, daging impor premium hanya dikonsumsi masyarakat kelas menengah ke atas.
Guna mereduksi harga daging sapi di pasaran, dirinya mendesak segera dilakukan impor sapi potong dan bakalan. "Sangat disayangkan jika pemerintah hanya memperharikan kelas menengah atas," ujarnya kepada Tempo, Rabu 24 April 2013.
Dia menjelaskan, terjadinya gejolak harga daging sapi bukan di hotel, restoran dan kafe, melainkan di pasar tradisional. Muthowif mengingatkan, kebutuhan daging segar dalam tiga bulan kedepan akan terus meningkat. Ini seiring momen menghadapi bulan Ramadhan serta disusul Idul Fitri.
Dampaknya permintaan daging akan naik, tapi tak diimbangi dengan pasokannya. "Percuma saja impor daging premium, karena harga daging di pasar tradisional tetap mahal," ungkapnya.
Muthowif juga menyerukan larangan sapi-sapi asal Jawa Timur dijual ke luar provinsi. Larinya ratusan sapi dari sentra peternakan sapi ini, kata dia, mengakibatkan maraknya pemotongan sapi-sapi betina produktif di beberapa rumah potong hewan di Jawa Timur.
Dirinya mengakui, sangat sulit mencapai swasembada daging sapi pada 2014, apabila praktik pemotongan sapi betina produktif masih marak. Menurut dia sudah saatnya provinsi lain mencoba mandiri beternak sapi dan menghasilkan daging bagi daerahnya sendiri.
"Bukan terus-terusan bergantung daerah lain. Sudah satu tahun terjadi pemotongan sapi betina produktif di Jawa Timur," kata Muthowif.
DIANANTA P. SUMEDI
Topik Terhangat:
Caleg | Ujian Nasional | Bom Boston | Lion Air Jatuh | Preman Yogya
Berita Terpopuler:
Lewat Twitter, SBY Umumkan Kenaikan BBM
Begini Cara Jenderal Djoko Cuci Uang
Rumah Susno Duadji di Bandung Dikepung
Bayern Hancurkan Barcelona 4-0
Uneg-uneg Perdana @SBYudhoyono