TEMPO.CO, Yogyakarta - Di balik kenikmatan makanan angkringan di Yogyakarta ada penyakit yang menghadang penikmatnya, yaitu Hepatitis A. Di Kabupaten Sleman saja, banyak mahasiswa yang suka nongkrong di angkringan dan menderita Hepatiitis A. Hingga pertengahan Mei 2013 ada 142 penderita Hepatitis A, mayoritas penderitanya yang suka makan makanan angkringan.
"Untuk mengatasi hal itu, Dinas Kesehatan melakukan penyuluhan dan edukasi kepada pedagang kuliner angkringan," kata Bupati Sleman Sri Purnomo, saat acara Festival Angkringan di Taman Kuliner, Condongcatur, Depok, Sleman, Sabtu malam 11 Mei 2013.
Pada Festival Angkringan itu, masyarakat bisa makan makanan gratis yang disediakan sekitar 50 penjual angkringan. Bak pesta rakyat, festival itu juga dimeriahkan dengan pergelaran seni budaya dari Nusa Tenggara Barat, Timor Timur, Tana Toraja, Jawa Barat, Yogyakarta dan ada juga penampilan barongsai.
Menurut Bupati Sri, makanan yang dijual di angkringan itu, tidak hanya kebersihan makanan yang dijual. Tetapi juga bahan-bahan makanan yang dihidangkan. "Meskipun harganya murah, tetapi pedagang harus memberikan jaminan kesehatan kepada konsumen," kata dia.
Selain itu, kata dia, proses memasak dan pembuatan makanan juga harus dipaerhatikan higienitasnya. “Jika itu terjaga, maka kesehatan para konsumen juga bisa terjamin,” ujar Sri.
Jumlah pedagang angkringan di Daerah Istimewa Yogyakarta sekitar 100 ribu tersebar di semua wilayah. Di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman ada sekitar 6.000 pedagang. "Angkringan ini menjadi salah satu karakter budaya masyarakat," kata Sri Purnomo.
Menurut Krido Suprayitno, Camat Depok Sleman, Festival Angkringan ini sebagai perangsang bagi pengusaha angkringan untuk lebih meningkatkan higienitas masakan dan nakanan. “Juga kreativitas untuk menarik konsumen,” ujar Krido.
MUH SYAIFULLAH