TEMPO.CO, Jakarta - Dua partai politik lama, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golongan Karya, diprediksi bakal kembali merajai pemilu 2014. "Dua partai ini punya modal basis pemilih tetap," kata Direktur Lembaga Pemilih Indonesia, Boni Hargens, dalam rilis hasil kajian 'Peta Pergeseran Partai di Pemilu 2014' di Kawasan Cikini, Rabu, 15 Mei 2013.
Menurut Boni, pada pemilu 2014 nanti PDIP akan diuntungkan karena perannya sebagai oposisi. PDIP berhasil menunjukkan ketegasan posisi politik dalam isu-isu serius seperti skandal bank century. PDIP juga diuntungkan kekecawaan publik yang cukup besar terhadap pemerintahan dan partai koalisi yang berkuasa. Ditambah lagi, romantisme pemilih mengambang pada partai pimpinan Megawati Soekarnoputri ini pada pemilu 1999 lalu.
Pada pemilu 1999, PDIP muncul sebagai partai pemenang pemilu dengan perolehan suara 33,74 persen. Suara ini turun pada pemilu 2004 menjadi 18,53 persen dan turun lagi pada 2009 menjadi 14,03 persen. Namun Boni yakin, suara PDIP akan naik dan muncul lagi sebagai pemenang. "Partai akan mendapat limpahan signifikan dari pemilih migran yang pada 2009 lalu memilih partai lain."
Sedangkan Golkar, Boni melanjutkan, berdasarkan isu dan posisinya sebagai partai pendukung pemerintahan, memang berpotensi mengalami penurunan suara. Namun Golkar dinilai berhasil melakukan pemasaran dan iklan politik yang baik. Perolehan suara partai juga terbantu pola manajemen partai yang membaik. "Perolehan Golkar pada 2014 diprediksi tak akan melorot tajam dengan bertengger di posisi kedua setelah PDIP."
Pada pemilu 1999, Golkar berada di posisi kedua dengan perolehan suara 22,44 persen. Suara ini turun pada pemilu 2004 menjadi 21,58 persen, dan turun lagi pada pemilu 2009 dengan perolehan suara hanya 14,45 persen. Menurut Boni pada 2014 suara Golkar tak akan jauh bergeser dari angka pemilu 2009 dengan prediksi pemilih loyal antara 9-10 persen.
IRA GUSLINA SUFA
Topik Terhangat:
PKS Vs KPK| E-KTP |Vitalia Sesha |Ahmad Fathanah |Perbudakan Buruh
Berita Lainnya: