TEMPO.CO,Malang - Kasus perjokian di Universitas Muhammadiyah Malang diduga melibatkan tiga jaringan berbeda. Itu terungkap dari penyelidikan polisi dan rektorat UMM yang menemukan alat komunikasi yang berbeda antara kelompok.
Kelompok pertama menggunakan rangkaian telepon seluler modifikasi, kelompok kedua alat komunikasi yang dikemas dalam penghapus dan kelompok ketiga menggunakan telepon seluler tanpa modifikasi. "Ketiganya menggunakan metode yang sama. Mereka menyembunyikan alat komunikasi di dada dan selangkangan," kata Pembantu Rektor Bidang Akademik UMM, Fauzan, Kamis 15 Mei 2013.
Pelaku, kata Fauzan, merupakan jaringan yang beroperasi di sejumlah kota meliputi Semarang, Yogyakarta, Malang, dan Surabaya. Polisi berhasil menangkap jaringan lain seperti kurir joki SM di sebuah hotel di Tlogomas Kota Malang.
Pelaku dilacak dari sistem alat komunikasi yang digunakan untuk mengirim jawaban kepada peserta ujian seleksi masuk UMM. Petugas menemukan ada dua lokasi pancar ulang alat komunikasi tersebut. Dari penyelidikan ini, polisi berhasil mengungkap operator jaringan seorang mahasiswa bernisial AW. "Sayang hanya sampai kurir, operator kabur," katanya.
Diduga pelaku SM mengirim pesan pendek kepada jaringannya sesaat setelah ditangkap polisi. Operator itu pun langsung melarikan diri tanpa meninggalkan jejak. Sementara hasil pengakuan peserta yang mengikuti perjokian menyatakan tak mengetahui cara bertransaksi dengan operator. Karena, transaksi dilakukan oleh orang tua mereka.
Sebelumnya, rektorat UMM mengungkap praktek perjokian ujian masuk UMM. Sebanyak 31 calon mahasiswa yang diduga terlibat diamankan. Dua diantaranya adalah mahasiswa Institut Sepuluh November Surabaya yang diduga berperan sebagai pemberi contekan.
Kepala Kepolisian Resor Malang Ajun Komisaris Besar Adi Deriyan menjelaskan jika para pelaku tidak ditahan. Namun, polisi berjanji akan terus menyelidiki perkara tersebut. Penyidik, katanya, juga tengah berkoordinasi dengan UMM untuk menentukan pasal bagi para pelaku. "Mereka akan dijerat dengan pasal alternatif," katanya.
EKO WIDIANTO
PKS Vs KPK| E-KTP |Vitalia Sesha |Ahmad Fathanah |Perbudakan Buruh
Berita Lainnya: