TEMPO.CO , Jakarta--Kementerian Komunikasi dan Informatika kembali menyelenggarakan Indonesia Information and Communication Technology Award (INAICTA). "Tercatat sudah lebih dari 500 akun yang terdaftar," kata juru bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Gatot S. Dewa Broto, melalui keterangan resmi, Minggu, 2 Juni 2013.
Ia menjelaskan, sebagian besar akun memilih kategori pelajar untuk individu maupun kelompok, serta profesional individu. Gatot menuturkan, pendaftaran masih dibuka hingga 31 Juli mendatang. Tahap penjurian berlangsung pada 1 sampai 14 Agustus 2013.
Gatot pun menuturkan, ada tiga tahapan dalam kompetisi tersebut. Pertama, calon peserta harus memiliki akun INAICTA untuk mendaftarkan karya. Kedua, peserta wajib mengunduh aplikasi pendaftaran dengan melakukan "login" pada akun INAICTA. Ketiga, jika formulir pendaftaran telah dilengkapi, maka peserta dapat mengunggah aplikasi dengan mengisikan nama karta.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, menjelaskan, ada lima "keyword" dari Information and Communication Technology (ICT) di Indonesia. Kelima pokok itu adalah ICT sebagai pilar pembangunan, penghasil devisa, penyerapan tenaga kerja, pencerdas kehidupan bangsa, serta alat demokrasi dan pemersatu bangsa.
Tifatul mengatakan saat ini ada setidaknya 800.000 mahasiswa teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia. "Ini "ranking" kedua setelah ekonomi," ujarnya. Ia pun berharap Indonesia memiliki prestasi besar melalui generasi kreatif yang menang di INAICTA
Ia pun mengatakan kementerian akan mengirim para pemenang INAICTA ke ajang serupa di tingkat Asia Pasifik, serta menghubungkan mereka kepada dunia industri. Tifatul mengatakan, salah satu kategori perbuatan sadis negara adalah mematikan kreativitas anak bangsa. "Karena lahirnya kreativitas itu melalui proses panjang," ucapnya.
Tifatul pun mengungkapkan masih adanya kendala dalam "technopreneur" di Indonesia. Ia mengatakan jaringan dengan kecepatan broadband baru tersebut di kota-kota besar. "Insya Allah tahun ini kami menciptakan sambungan broadband sampai ke Papua," ujarnya. Sehingga, kata dia, orang-orang daerah tidak perlu merantau ke Jakarta.
Ia mengatakan, dengan fasilitas tersebut nantinya masyarakat di masing-masing daerah bisa menciptakan kreasi baru. Selain keterbatasan infrastruktur, Tifatul menyebut kendala lainnya, yaitu industri di Indonesia yang masih sangat "profit oriented". Salah satunya industri pertelevisian.
MARIA YUNIAR
Topik terhangat:
Penembakan Tito Kei | Tarif Baru KRL | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK | Fathanah
Baca juga
EDSUS GENG MOTOR
Asal-usul Cangkang Keras Kura-kura
Bius Total Pada Manula Tingkatkan Risiko Pikun
Laptop Bisnis Asus Ultrathin U38N Berprosesor AMD