TEMPO.CO , Jakarta:Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Tunjung Inderawan, meyatakan, Kemenhub telah menyiapkan dana US 175 juta dolar atau setara dengan Rp 1,71 triliun untuk proyek Bandung Urban Railway Transport Development, Electrification Padalarang-Cicalengka. Dana itu berasal dari pinjaman pemerintah Prancis sebesar US 100 juta dolar, pinjaman Agence Francaise de Development (AFD) sebesar US 57 juta dolar, dan rupiah pendamping sebesar US 18 juta dolar.
"Ini ada dua komponen utang, yaitu soft loan dan semi komersial. Soft loan berasal dari pemerintah Prancis untuk sebagian double track, elektrifikasi, dan sistem persinyalan. Sedangkan sebagian double track dan alocated, itu dari AFD yang semi komersial," kata Tunjung. Pemerintah Prancis menetapkan bunga 2 persen, sedangkan AFD menetapkan bunga 4 persen. Grace periode (masa pengucuran) utang adalah 5 tahun dengan tempo utang 20 tahun.
Menurutnya, proses pengajuan ini sudah lebih dari lima tahun. "Tentunya akan kita tindak lanjuti dengan (proses) administratif dan proses tender," ujar Tunjung. Menurutnya, proses perhitungan finansialnya akan selesai bulan ini.
"Nanti kontraktor pemenang harus membuat disain dan membangun," kata Tunjung. Dia mengungkapkan belum ada join venture untuk proyek ini. Penetapannya ada yang local biding dan international biding. "Saya harap, tender ini bisa selesai akhir tahun. Awal 2014 bisa dilaksanakan," ujarnya. Pembangunan konstruksi fisik diharapkan selesai dalam 30 bulan. Rencananya, konstruksi fisik dijadwalkan pada pertengahan 2015.
Tunjung menyatakan, pihaknya sudah melakukan studi kelayakan. Dengan selesainya proyek ini, beban jalan ditargetkan berkurang minimal 70 persen. "Saya berharap, bukan hanya mengurangi kemacetan dan kecelakaan, tapi juga go green," katanya.
Menurutnya, kota yang paling layak setelah Bandung adalah Medan. "Untuk Medan, nanti double tracking untuk ke bandara, elektrifikasi bukan hanya untuk ke bandara tapi juga ke Belawan," ujar Tunjung. Tapi, belum ada yang tertarik untuk membiayai Medan. Prancis justru lebih tertarik ke Surabaya yang kelayakannya di bawah Medan. Setelah Medan dan Surabaya, menurut Tunjung, kota yang layak adalah Jogja dan Solo.
ARIEF HARI WIBOWO
Topik terhangat:
Penembakan Tito Kei | Tarif Baru KRL | PKS Vs KPK | Ahmad Fathanah
Berita lainnya:
9 Skenario Kiamat Versi Ilmuwan
3 Menteri Terbaik Ini Bukan dari Parpol
Pendukung Award untuk SBY Mengaku Dibayar US$ 100