TEMPO.CO, Yangon - Maskapai milik pemerintah Myanmar pada Selasa pekan ini menyatakan akan berhenti mengoperasikan pesawat buatan Cina, MA 60, menyusul insiden kedua yang dialami pesawat jenis baling-baling atau turbo-propeller itu dalam kurang dari sebulan.
Manager Administrasi Myanma Airways, Hla Htay Aung menyebut maskapai itu akan mengeluarkan larangan terbang bagi tiga MA 60 buatan Xian itu, seperti dilansir laman Huffington Post, Kamis, 13 Juni 2013.
Seperti halnya pesawat MA 60 yang dioperasikan PT Merpati Nusantara Airlines, di Indonesia mengalami "hard landing" pada Senin pekan ini. Peristiwa itu terjadi di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Enam orang dalam pesawat mengalami luka-luka.
Salah satu MA 60 yang dioperasikan maskapai Myanmar juga mengalami insiden pada Senin pekan ini. Pesawat berbelok mendadak dari "runway" saat melakukan pendaratan di tenggara Myanmar, Kawthaung. Tidak ada korban dalam peristiwa itu. Namun kedua baling-baling pesawat hancur. Ia menuturkan, ketiga pesawat yang dibeli pada 2010 silam itu akan diperiksa. Maskapai menyerahkan kepada otoritas penerbangan pemerintah setempat mengenai kemungkinan MA 60 dioperasikan kembali.
Hla Htay Aung mengungkapkan, maskapai itu akan melayani lebih dari 20 destinasi dengan menggunakan tujuh pesawat lainnya. Ketujuh pesawat tersebut terdiri dari tiga pesawat ATR, dua pesawat baling-baling buatan Amerika Serikat, Beechcraft, serta dua pesawat jet penumpang produksi Brazil, Embraer.
Pesawat MA 60 Myanma Airways lainnya, mendarat terlalu jauh, melewati ujung landasan, pada 16 Mei silam di wilayah Mongshat. Rem pesawat itu dilaporkan tak berfungsi. Salah satu sayap dan roda pesawat rusak. Dua penumpang mengalami patah di bagian tangan.
HUFFINGTON POST I MARIA YUNIAR
Terhangat:
Mucikari SMP | Taufiq Kiemas | Rusuh KJRI Jeddah
Baca juga:
Barca Tawar Torres Rp 263 miliar
MU Berharap Bale ke Real Madrid
Messi Dituding Menggelapkan Pajak Rp 52 Miliar
PSG Bidik Andre Villas-Boas