TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menekankan pentingnya meningkatkan diri untuk bisa bersaing di era globalisasi. Karena itu ia mengajak mahasiswa untuk mampu "bergangnam" style ala Psy. "Bagaimana kita bisa bersaing kalau tak bisa meng-gangnam-kan diri kita sendiri," kata Gita saat memberi kuliah umum kepada 1.900an mahasiswa dalam acara Bank Mandiri "National Lecturer Series 2013", Rabu, 19 Juni 2013.
Gita menjelaskan, artis Korea Psy yang mempopulerkan gangnam style tak tampan, tapi videonya bisa ditonton jutaan orang di seluruh dunia. "Mukanya engga ganteng-ganteng banget tapi bisa goyang, bisa nyanyi dan videonya dilihat jutaan orang," katanya.
Sama seperti gangnam style yang mendunia, menurut Gita, masyarakat Indonesia harus bisa menghasilkan produk yang bisa digunakan tidak hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri.
Soal Gangnam, Gita menambahkan, wilayah di Korea Selatan itu juga dikenal sebagai daerah yang mempertunjukkan kekayaan yang disokong kemajuan teknologi. Indonesia punya pekerjaan rumah di sini. Bagaimana meningkatkan potensi diri melalui pemanfaatan teknologi. "Kemahiran teknologi ini yang harus disikapi," ujarnya.
Ia mengingatkan, perdagangan bebas tak bisa dihindari. Ke depan, produk buatan asing bisa dijual belikan hingga ke daerah-daerah terpencil di Indonesia dengan tarif masuk yang murah. "Produk-produk kita harus bisa bersaing," katanya. Tak cukup bisa membuat produk canggih, tapi bagaimana membuatnya dengan biaya murah.
"Perusahaan Taiwan, Foxcon bisa memproduksi Iphone dengan US$ 10, bisa tidak kita memproduksi dengan US$ 10?" katanya.
Ia paham, kemampuan menghasilkan produk canggih dengan biaya murah tak mudah. Diperlukan riset puluhan tahun dan investasi teknologi. Oleh sebab itu, ia mengatakan Indonesia perlu memikirkan cara lain. Kemitraan strategis dengan perusahaan-perusahaan multinasional itu jadi salah satu pilihan.
Meski begitu, Gita menegaskan Indonesia tetap harus berinvestasi besar di bidang pendidikan, untuk mencetak lebih banyak orang-orang yang ahli di berbagai bidang. "Dengan ini, kita akan membuahkan new Steve Job, Larry Page. Siapapun bisa mengukir prestasi," katanya.
Gita memberi catatan, saat ini setiap tahunnya, Indonesia hanya mengeluarkan kurang dari 500 paten. Sementara Korea Selatan, Jepang bisa mengeluarkan 50 ribu paten. Perusahaan Foxcon bahkan sudah punya 15 ribu paten.
Indonesia sendiri, ditegaskan Gita punya potensi pertumbuhan ekonomi yang besar ke depan. Saat ini GDP Indonesia diklaim urutan 15 dunia. "Kalau bisa mengeksplorasi, ke depan 2030 kemungkinan akan jadi ekonomi terbesar keenam, ketujuh, kedelapan," katanya. Tapi, itu juga masih tergantung bagaimana akses masyarakat terhadap kredit bisa makin terbuka, suku bunga bisa makin murah, perbaikan iklim investasi, termasuk penurunan tingkat korupsi.