TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Lion Mentari Airlines, Rusdi Kirana, mengatakan maskapai penerbangan Lion Air memang memiliki sejumlah pilot dari luar negeri. Namun pihaknya tidak membedakan antara pilot asing dengan pilot dalam negeri terutama soal gaji.
"Pilot itu dibayar US$ 4.500 (sekitar Rp 45 juta) dan untuk kopilot US$ 3.500-4.500 per bulan. Pilot Indonesia juga sama," kata Rusdi kepada Tempo, Rabu pekan lalu. (Baca :wawancara lengkapnya di Majalah Tempo edisi Senin, 17 Juni 2013)
Menurut dia, Indonesia memang kekurangan pilot. Bayangkan saja, saat ini lebih dari 1.000 unit pesawat terbang setiap harinya. Hal ini tentu tak bisa mengimbangi ekspansi besar-besaran maskapai penerbangan murah atau low cost carrier.
"Itu sebabnya kami mendirikan Angkasa Flying School, dengan target menghasilkan 300 pilot per tahun. Sekarang ini siswanya sudah sampai angkatan keenam," ujarnya. Karena lulusannya masih butuh waktu untuk menerbangkan pesawat komersil, "Pada selang waktu itulah Lion Air mengambil pilot dari luar negeri," kata Rusdi menambahkan.
Namun sarjana ekonomi lulusan Universitas Pancasila ini menampik jika maskapainya menjadi tempat penampungan pilot asing, terutama yang masih junior. Apalagi jika disebut Lion Air bersedia menerima mereka dengan bayaran murah demi menambah jam terbang pilot junior tersebut. "Tidak benar mereka dibayar murah. Tapi kalau urusan mencari jam terbang, itu hak mereka," ujarnya.
AGOENG WIJAYA | QARIS TAJUDIN | MUNAWWAROH
Berita lain:
Kenaikan Harga BBM Paling Lambat Seminggu Lagi
Boediono: Jangan Panik Jelang Kenaikan Harga BBM
Lion Air Berambisi Kuasai Penerbangan ASEAN
Nilai Akuisisi TelkomVision di Atas Rp 1 Triliun