TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Eddy Ganefo mendukung langkah Direktorat Jenderal Pajak yang akan memeriksa laporan pajak perusahaan properti. Ada dugaan perusahaan properti tak menghitung pajak sesuai aturan.
"Saya setuju, audit saja para pengembang. Ada pengembang yang hanya mencantumkan nilai NJOP padahal nilai penjualannya lebih tinggi dari itu," katanya ketika dihubungi Tempo Rabu 3 Juli 2013.
Eddy enggan menyebut nama-nama pengembang yang kerap melakukan itu. "Itu pasti ada, tapi kan tidak enak menuduh, makanya memang perlu diaudit supaya ketahuan," katanya. Praktek mencantumkan nilai aset sesuai NJOP --dan bukan nilai riil sesuai harga pasar-- dinilainya berpotensi merugikan negara.
Meski begitu, Eddy menolak rencana menaikkan besaran NJOP untuk meminimalkan kecurangan pajak. "Pengusaha yang membangun rumah-rumah rakyat dengan penghasilan rendah, akan terpukul. Kami jadi tidak bisa bangun rumah rakyat yang harganya murah," katanya.
Direktorat Jenderal Pajak memang mengaku telah mencium praktek nakal pelaporan pajak perusahaan properti. "Selama ini ada praktek-praktek di sektor properti, bahwa harga jual yang mereka laporkan di dokumen mereka bukan harga yang sebenarnya. Mereka menggunakan NJOP, NJOP biasanya 30 persen dari harga yang mereka jual. Mungkin ada juga yang NJOP 50 persen dari harga sebenarnya, ada yang 60 persen," kata Direktur Jenderal Pajak, Fuad Rahmany kepada Tempo, Selasa, 2 Juli 2013.
Fuad menegaskan bahwa perhitungan pajak penghasilan perusahaan properti --yakni 5 persen dari gross revenue dan pajak pertambahan nilai yakni 10 persen dari pendapatan-- seharusnya dihitung dari harga jual sebenarnya, bukan dari NJOP.
"Banyak juga Wajib Pajak orang pribadi yang membeli apartemen Rp 800 juta, tapi di aktenya ditulis Rp 300 juta," ujarnya.
ANANDA PUTRI | MARTHA THERTINA
Berita Terpopuler:
Ada SBY, Tepuk Tangan Meriahnya untuk Jokowi
Ini Alasan Terdakwa Cebongan Mengakui Perbuatannya
Garuda Indonesia Maskapai Pertama dengan Wi-Fi
KPI: Sang Bos Manfaatkan TV untuk Berpolitik
Ada Boneka Barbie Bertubuh Proporsional di Amerika