TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas terus menguat mendekati level tertinggi dalam satu minggu terakhir pada Rabu (10/7). Kenaikan terjadi setelah ekspor Cina pada bulan Juni secara tak terduga mengalami penurunan.
Ekspor Cina turun 3,1 persen dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan estimasi 3,7 dalam survei Bloomberg. Laporan ini juga menunjukkan bahwa impor turun 0,7 persen, sehingga surplus perdagangan negara itu berkurang ke US$ 27,1 miliar pada bulan Juni.
Di transaksi pasar komoditas New York hari ini, harga emas berjangka untuk pengiriman Agustus diperdagangkan pada US$ 1.255,30 per troy ounce, atau menguat 0,8 persen dibanding perdagangan kemarin.
Analis Divisi Pengembangan Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia, Ibrahim, mengatakan harga emas saat ini sedang mengalami konsolidasi untuk sementara waktu. "Sebab harga komoditas logam kuning ini sempat anjlok karena penguatan dolar Amerika Serikat (AS)."
Harga emas merosot 26 persen tahun ini, yang terburuk penurunan tahunan sejak 1981, karena beberapa investor kehilangan kepercayaan terhadap logam kuning sebagai aset lindung nilai (hedging). Di akhir 2012, emas masih diperdagangkan di kisaran 1.600 per troy ounce.
Namun, konfirmasi harga emas masih menunggu beberapa momen penting pada 11 Juli, yaitu hasil pertemuan Federal Open Market Commitee (FOMC) dan pernyataan The Fed mengenai rencana pengetatan stimulus moneter AS.
"Membaiknya data ekonomi AS memberikan sinyal bahwa The Fed akan mengurangi stimulusnya sehingga berpotensi kembali menekan harga emas," ujar Ibrahim.
PDAT | M. AZHAR
Topik Terhangat:
Karya Penemu Muda | Bursa Capres 2014 | Ribut Kabut Asap | Tarif Progresif KRL | Bencana Aceh
Berita Terpopuler:
Pedagang Tanah Abang Bandel, Ini Ancaman Ahok
Pemain Muslim Mengubah Liga Inggris
Menteri Agama Bantah Dana Sidang Isbat Rp 9 Miliar
Kronologi Pemerkosaan Wartawati
Simulator SIM, Ini Pertanyaan KPK untuk Nanan