TEMPO.CO, Kairo - Mesir bakal dilanda rusuh besar menyusul unjuk rasa yang berlangsung di seluruh wilayah negeri antara pendukung dan penentang bekas Presiden Mohamed Mursi.
Kedua belah pihak, penyokong dan penentang, mengatakan bahwa mereka akan melangsungkan demonstrasi dalam sehari usai salah Jumat. Ini merupakan unjuk rasa Jumat pertama di bulan suci Ramadan.
Sehari sebelumnya, Kamis, 11 Juli 2013, Ikhwanul Muslimin, kelompok pendukung Mursi, menyerukan kepada seluruh pendukungnya agar melakukan unjuk rasa hingga dia (Mursi) dikembalikan ke kursi kepresidenan yang digulingkan militer. Meskipun sejumlah pemimpin kelompok ini telah ditahan militer, namun hal itu tak menyurutkan mereka berdemonstrasi.
Sementara itu, kelompok anti-Mursi juga akan menggelar unjuk rasa bahkan hingga saat buka puasa Ramadan di Lapangan Tahrir, kawasan yang menjadi pusat unjuk rasa menggulingkan Presiden Mursi.
Perdana Menter Mesir yang baru pada Kamis, 11 Juli 2013, dalam keterangannya kepada media mengatakan bahwa dia tetap menyertakan anggota Ikhwanul Muslimin dalam kabinetnya, walaupun kelompok ini bersumpah akan terus melakukan perlawana atas tindakan militer yang menggulingkan Mursi.
Hazem al-Beblawi, yang ditunjuk menjadi Perdana Menteri pada Selasa, 9 Juli 2013, mengatakan, dia masih mempertimbangkan susunan pemerintahan sementara yang sekarang sedang digodok.
"Saya tidak melihat ada sosialisasi politik jika seseorang yang ditunjuk berasal dari partai Keadilan dan Kebebasan (sayap politik Ikwanul Muslimin). Penunjukan ini berdasarkan kemampuan dia," ujar Beblawi. "Saya memiliki dua kriteria dalam pemerintahan mendatang yakni efisien dan kredibel."
Ikhwan menyatakan menolak ajakan Beblawi untuk bergabung dalam pemerintahan baru. Bahkan mereka menyerukan demonstrasis besar-besaran pada Jumat, 12 Juli 2013, terhadap apa yang mereka sebut dengan kudeta berdarah oleh militer.
AL JAZEERA | CHOIRUL