TEMPO.CO , Semarang:Sekretaris Muhammadiyah Jawa Tengah, Tafsir, menilai kekerasan warga Sukorejo Kabupaten Kendal terhadap aktivis Fron Pembela Islam (FPI), Kamis, 18 Juli 2013 merupakan konsekuensi atas arogansi organisasi itu sendiri. Menurut Tafsir, sikap FPI yang arogan dalam menyampaikan ajaran agama menuai kontra yang tak kalah radikal.
"Saya minta semua menahan diri,” kata Tafsir saat dimintai komentar, pada Jum'at 19 Juli “Kalau FPI semakin arogan dan tak menahan diri, justru masyarakat semakin berani."
Ia mengkhawatirkan konflik FPI dengan warga Sukerejo, Kabupaten Kendal meluas dan menjadi kekerasan horizontal. Alasannya masyarakat lain yang banyak menjadi korban arogansi FPI melawan.
Tafsir menilai penyampaian amar makruf nahi mungkar oleh FPI dengan cara sweeping merupakan bentuk arogansi. Hal itu sering menyinggung orang lain. "Seharusnya kan dengan cara hikmah atau bijak," katanya.
Muhammadiyah Jawa Tengah menyayangkan insiden kekerasan yang menimbulkan korban orang lain. Tafsir meminta kedua kelompok menahan diri dan menyerahkan semua ke aparat penegak hukum.
EDI FAISOL
Terhangat:
Bentrok FPI | Bisnis Yusuf Mansyur | Aksi Liverpool di GBK
Berita Terkait:
FPI Pusat Kirim Anggotanya ke Kendal
FPI Dibubarkan? Ini Tanggapan Mabes Polri
FPI Magelang Dipulangkan, `Kami Dihajar Preman'