TEMPO.CO, Jakarta - Koreksi yang melanda bursa regional menjadi penyebab aksi jual investor di pasar saham dalam negeri. Minimnya sentimen positif membuat indeks melanjutkan koreksinya dua hari berturut-turut.
Indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia ditutup melemah 43,98 poin (0,93 persen) ke level 4.674,11 pada Kamis 25 Juli 2013. Analis dari PT Panin Sekuritas, Purwoko Sartono, mengatakan tekanan jual kembali muncul didorong oleh rencana bank sentral Amerika Serikat, The Fed, yang akan mengurangi stimulus pada September mendatang. "Semakin membaiknya data perekonomian Amerika membuat investor meyakini The Fed akan menghentikan program QE3,” kata dia.
Sayangnya, pemulihan ekonomi Amerika tidak diikuti oleh Cina yang semakin terjebak dalam kontraksi. Data HSBC manufaktur Cina pada Juli turun ke level 47,7, jauh di bawah ekspektasi 48,2. Indeks di bawah angka 50 menunjukkan ekonomi negara masih berusaha keluar dari resesi, sedangkan 50 ke atas mengindikasikan ekspansi.
Menurut Purwoko, sentimen negatif dari itu diperparah dengan kondisi di dalam negeri sehingga investor memilih untuk menjual sahamnya. Inflasi diperkirakan meningkat menjelang hari raya dan nilai tukar rupiah masih bergejolak dan menembus level 10.200 per dolar Amerika. "Pelemahan dolar menutup katalis positif dari musim laporan keuangan emiten."
Pada perdagangan hari ini, Jumat 26 Juli 2013, IHSG diperkirakan akan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah terbatas. Indeks akan bergerak pada kisaran 4.600-4.730.
M. AZHAR