TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Satuan Kerja Khusus Pengatur Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Rudi Rubiandini, mengatakan pencurian minyak di alur pemipaan Tempino Jambi-Plaju, Sumatera Selatan, mengganggu produksi minyak nasional.
Penurunan produksi, kata Rudi, diperkirakan mencapai 12 ribu barel per hari. "Ini terjadi karena pemompaan dihentikan," kata dia, Kamis, 25 Juli 2013.
Meski pencurian ini merugikan negara, Rudi mengaku belum bisa mengambil tindakan apa pun. "Kami ikuti dulu langkah dari Pertamina," ujarnya.
Pencurian itu terjadi sejak 17 Juli 2013, atau saat pipa penghubung lapangan minyak Tempino dengan kilang bahan bakar Plaju milik anak perusahaan PT Pertamina dioperasikan. Polisi dan karyawan Pertamina EP dan Pertagas menemukan lubang-lubang di 17 lokasi dengan total kehilangan 17.563 barel, atau setara 18,29 persen dari jumlah minyak yang dialirkan.
Penjarahan terbanyak terjadi pada 24 Juli saat ditemukan empat lokasi kebocoran, di antaranya di Bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyuasin. Pertagas dan PT Pertamina EP pun terpaksa menghentikan pemompaan minyak.
Juru bicara Kepolisian Daerah Jambi, Ajun Komisaris Besar Almansyah, mengaku belum mengetahui pencurian tersebut. Kasus ini, kata dia, akan ditindaklanjuti oleh Direktur Pengamanan Obyek Vital Polda Jambi.
Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsu Alam, mengatakan kerugian dalam setahun akibat pencurian minyak mencapai Rp 444 miliar. Pada Januari 2012 hingga Maret 2013, volume minyak yang hilang mencapai 463 ribu barel. "Ini belum termasuk kerugian akibat kebakaran dan kerusakan pipa," ujarnya.
Dalam sehari, Pertamina EP memompakan minyak sebanyak 11-13 ribu barel. Minyak mentah tersebut dihasilkan lapangan Tempino yang memiliki kapasitas produksi 9.500 barel per hari. Akibat pencurian selama semester I 2013, Pertamina menderita kerugian kumulatif 290 ribu barel atau sekitar Rp 290 miliar.
AYU PRIMA SANDI
Berita Terpopuler: