TEMPO.CO, Jakarta- Musibah meninggalnya olahragawan profesional karena penyakit tertentu semestinya dapat dicegah dengan pemeriksaan kesehatan rutin serta pemeriksaan khusus menyangkut kerentanan atlet tersebut terhadap penyakit tertentu. hal ini dinyatakan Ketua Harian Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), Haryo Yuniarto, terkait meninggalnya penyerang Pelita Bandung Raya asal Mali, Abdulaye Sékou Camara
"Namun, butuh dana yang besar jika BOPI ingin memfasilitasi pemeriksaan kesehatan itu bagi klub," kata Haryo kepada Tempo melalui sambungan telepon, kemarin. Keterbatasan ini, kata Haryo, membuat BOPI tidak bisa berbuat banyak untuk mencegah terjadinya musibah.
Pemain asal Mali itu meninggal pada saat berlatih bersama tim di Stadion Siliwangi, Bandung, Sabtu malam lalu. Camara, 27 tahun, diduga mengalami serangan jantung.
Kejadian ini, kata Haryo, murni musibah. Sebab, sesi latihan merupakan hal yang rutin dilakukan dan tidak ada sesuatu yang berbeda dalam latihan itu. "Karena kejadian ini bersifat musibah, yaitu ada kelainan organ tubuh pada pemain, BOPI tidak bisa masuk terlalu jauh," ujar Haryo.
Menurut Haryo, dari peraturan yang berlaku, memang ada kewajiban pengecekan kesehatan sebelum seseorang bisa menjalani karier sebagai olahragawan profesional. "Dokter akan memeriksa dan menyatakan pemain itu sehat atau tidak. Dan saya yakin klub sudah melakukan itu," kata Haryo.
Selain itu, Haryo juga mengapresiasi langkah klub yang akan membayar sisa gaji Camara selama sembilan bulan ke depan. Camara baru bergabung ke Pelita pada Mei lalu. Ia pindah dari Persiwa Wamena.
GADI MAKITAN