TEMPO.CO, Gwangju – Seperti halnya di Indonesia, perayaan hari lebaran di Korea Selatan jatuh pada Kamis, 8 Agustus 2013. Dengan jumlah muslim yang minoritas, tak tampak keramaian dalam perayaan lebaran dan takbiran.
Siti Fathanah, 40 tahun, seorang tenaga kerja di pabrik benang bahkan hanya berdua saja melakukan sholat dengan seorang jamaah perempuan di Masjid Umar Bin Khattab di Gwangju. Gwangju adalah kota metropolitan yang terbesar ke enam di Korea Selatan. Kota ini bila ditempuh dengan bus dari Seoul membutuhkan waktu 3-4 jam.
“Tempat salat perempuan di lantai pertama dan pria di lantai kedua,” kata Siti kepada Tempo, Kamis, 8 Agustus 2013. Sementara itu jumlah jamaah pria mencapai 300 orang yang terbagi dalam tiga sesi salat yakni pukul 06.30, 07.30 dan 08.30 waktu setempat. Ruangan masjid buat kaum pria berada di lantai dua bangunan dengan luas sekitar 200 meter.
Salat Ied berjamaah di Korea Selatan adalah pengalaman pertama Siti. Dia sebelumnya tak pernah mengikuti sholat ied selama lebaran dari pengalaman bekerja hampir 6 tahun. Lebaran kali ini dia meminta izin kepada bosnya dengan menyerahkan kopi surat dari KBRI. KBRI di Korea Selatan mengeluarkan surat permintaan izin kepada para pengusaha. Namun, katanya tak semua teman yang muslim melakukannya. “Ada sebagian yang tak tahu soal surat izin dari KBRI,” kata Siti.
Siti yang bekerja di pabrik benang memilih salat di wilayah Gwangju,bersama dua orang temannya. Dari tempat mereka di wilayah Wangsu, bertiga naik bus hingga stasiun Gwangju. Perjalanan lalu dilanjutkan dengan naik taksi dengan biaya sekitar 7 ribu Won atau Rp 70 ribu.
Baca Juga:
Imam masjid saat itu Abdul Majeed, pekerja asal Pakistan yang baru saja tiba sebulan di Korea Selatan. Abdul memberikan ceramah tentang keimanan tentang berkah Tuhan setelah umat Islam menjalani ibadah puasa. Dia memberikan ceramah dalam bahasa Urdu dan Arab.
Menurut salah satu panitia masjid Agung Prasetyo, jamaah perempuan lebih senang memilih salat di masjid At Taubah di Honam, Gwangju karena lebih banyak jamaah yang berasal dari Indonesia.
Masjid Umar Bin Khattab ini terletak di 284-13 Yangsan-Dong, Buk-Gu, Gwangju. Masjid ini selesai dibangun dan dimiliki pada Januari 2008 dari penggalangan dana para jamaah di bawah koordinasi Korea Muslim Foundation (KMF). Jamaah tak hanya dari Indonesia tapi di antaranya Pakistan dan Afghanistan.
Khusus umat muslim asal Indonesia diadakan pertemuan pengajian setiap minggu dengan jumlah peserta aktif 15-20 orang. “Tempat pertemuan kami pakai bergantian dengan umat Islam dari negara lain,” kata Agung.
YUL (Gwangju, Korea Selatan)
Berita Lainnya:
Eksekutor Sisca Yofie adalah Pembunuh Bayaran
Pria Ini Nyaris Dibunuh Taliban karena Kumisnya
Penembak Halte Transjakarta Naik Mobil Fortuner
Jokowi: Gak Mungkin Jakarta Dipagari
Ngabekten, Tak Semua Kerabat Sungkem Sultan