TEMPO.CO, Michigan -Penelitian dilakukan oleh ilmuwan di Universitas of Michgan dengan electroencephalograms (EEG) menemukan bahwa otak akan tetap berfungsi selama 30 detik setelah orang meninggal. Peristiwa ini terjadi setelah jantung berhenti berdetak, tapi otak masih menunjukkan bisa beraktifvitas.
"Kami terkejut ketika otak masuk beraktivitas. Faktanya, dalam keadaan sekarat, ada tanda-tanda gelombang listrik yang muncul lebih tinggi dibandingkan ketika manusia sadar. Ini menunjukan bahwa otak mampu berkativitas dan menyalurkan gelombang listrik diawal kematian," jelas George Mashour, profesor anestesiologi dan bedah saraf di University of Michigan.
Fenomena ini juga ditemukan pada mamalia lain. Misalnya, ketika tikus yang mengalami sesak nafas, otaknya masih tetap beraktivitas.
"Penelitian ini memberitahu kita bahwa pengurangan oksigen atau glukosa selama serangan jantung dapat merangsang aktivitas otak yang merupakan karateristik dalam kesadaran," jelas pemimpin penelitian Jimo Borjigin, Selasa, 13 Agustus 2013.
"Ini juga merupakan kerangka ilmiah pertama untuk pengalaman orang-orang yang sekarat karena serangan jantung," lanjutnya.
Baca Juga:
Sekitar 20 persen orang yang bertahan hidup selama periode cardiac arrest (hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba) telah dikelompokan oleh dokter sebagai kematian klinis.
Borjigin mengatakan, ia berharap studi terbaru timnya akan membentuk dasar untuk penelitian manusia masa depan. Penelitian ini juga bisa bantu menyelidiki pengalaman mental yang terjadi ketika otak mati, termasuk terlihatnya cahaya selama serangan jantung.
DISCOVERY NEWS | RINDU P HESTYA
Topik Terhangat
Suap SKK Migas
Sisca Yofie
FPI Bentrok
Arus Balik Lebaran
Konvensi Partai Demokrat
Berita Terpopuler
Kurangi Konsumsi Gula Bisa Perpanjang Usia
Apakah Trampolin Aman untuk Anak-Anak?
Gaya Pakaian Dalam Wanita Hamil
6 Langkah Alami Jaga Pencernaan