TEMPO.CO, Jakarta - Menjaga keamanan penganut Syiah dan Ahmadiyah di Wonosobo, Bupati Kholiq Arif tahu langkahnya berbenturan dengan Majelis Ulama Indonesia. Lembaga itu memberi cap sesat terhadap kelompok-kelompok itu. Sikap Bupati Kholiq juga bertentangan dengan Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri, yang mengatur masalah keagamaan kelompok minoritas. (Baca: Bupati Kholiq, Perekat Syiah, Ahmadiyah, Minoritas)
Ia mengaku siap menghadapi risiko karena bertentangan dengan MUI dan SKB Tiga Menteri. “Masalah MUI itu urusan MUI, saya urusan sendiri. Saya menjawab masalah rumah tangga Wonosobo, yakni harmonisasi sosial, dan ini adalah instruksi dari Bapak Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono),” ujarnya kepada Tempo setelah memberikan presentasi di kampus Universitas Indonesia, Depok, 18 Juli lalu.
Baca Juga:
Di wilayah kaki pegunungan Sindoro dan Sumbing itu, ada 6.000 jiwa anggota jemaah Ahmadiyah, 200 anggota jemaah Alif Rebo Wage (Aboge), dan sekitar 250 penganut Syiah. (Baca: Syiah, Ahmadiyah, dan NU Hidup Damai di Wonosobo)
Pria kelahiran Wonosobo, 16 September 1968 ini mengaku sedang menyiapkan peraturan daerah yang mengatur kehidupan beragama di kabupaten berpenduduk 771 ribu jiwa itu. Perda ini mengatur setidaknya 18 bidang yang mendukung kerukunan umat beragama.
Rancangan perda itu akan dibahas bersama kelompok dan pemangku kepentingan. Jika nantinya perda bertentangan dengan SKB Tiga Menteri, Kholiq berharap ada aturan hukum yang lebih tinggi, misalnya dalam bentuk undang-undang yang akan mengaturnya. “Saya dipecat pun tidak ada urusan,” katanya.
Mantan wartawan Jawa Pos yang menjadi bupati sejak 2005 itu terus menyerukan persamaan hak bagi seluruh warga. Itu sebabnya, warga Ahmadiyah yang tersebar di sembilan dari 15 kecamatan bisa hidup tenang. Begitu juga kelompok minoritas lainnya. (Baca: Cara Bupati Wonosobo Kholiq Redam Konflik Agama)
Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia atau Lesbumi, Haqqi El-Anshary, mengatakan anak-anak Nahdlatul Ulama tidak hanya dekat dengan kalangan minoritas, tapi juga bersahabat dengan korban tragedi 1965. Mereka tergabung dalam Paguyuban Korban Orde Baru (Pakorba). Selain itu, pemuda NU juga merangkul kelompok waria. (Baca: Inilah Lima Tokoh yang Merekatkan Indonesia dan Begini Cara Lima Tokoh Perekat Republik Dipilih)
SHINTA MAHARANI dan SUNUDYANTORO | ILHAM TIRTA | ABDUL MALIK
Berita Lainnya:
Subki Sasaki Tak Takut Bela Ahmadiyah
Subki Sasaki, Tuan Guru Oasis Minoritas
Begini Lian Gogali Meredam Konflik Agama di Poso
Begini Cara Lima Tokoh Perekat Republik Dipilih
Lian Gogali, Perempuan di Garis Depan Poso
Inilah Lima Tokoh yang Merekatkan Indonesia