TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Moeldoko mengklarifikasi tuduhan keterlibatannya dalam Operasi Sajadah di hadapan Komisi Pertahanan DPR, dalam uji kelayakan dan kepatutan calon Panglima TNI, Rabu 21 Agustus 2013.
Penjelasan Moeldoko merupakan tanggapan atas pertanyaan anggota Komisi I, Adjeng Ratna Suminar. Moeldoko menjelaskan dugaan tentang Operasi Sajadah terjadi saat dia menjabat sebagai Panglima Komando Daerah Militer Siliwangi, pada awal 2011.
Baru 10 hari menjabat Pangdam, saat itu dia dihadapkan dengan peristiwa penyerangan umat Ahmadiyah di Cikeusik, Jawa Barat. "Peristiwa ini salah satu tantangan kerja terberat saya," kata Moeldoko.
Dia pun mengaku langsung mempelajari persoalan di Cikeusik. Menurut dia, ada dua masalah utama di sana waktu itu, yakni aqidah dan komunikasi.
"Kalau aqidah bukan urusan saya, saya bukan ahli surga," kata dia. Karena itu, dia fokus mencoba mendekatkan komunikasi antara kelompok Ahmadiyah dan kelompok muslim. Dia mengakui, ketika itu masih ada kendala saat hendak mempertemukan keduanya.
Kelompok muslim terlalu mencurigai kelompok Ahmadiyah, sementara kelompok Ahmadiyah bersikap terlalu menutup diri. Moeldoko pun berusaha mempersatukan kedua kelompok dalam satu masjid. "Kami ajak kelompok muslim membawa sajadah ke masjid Ahmadiyah untuk salat jamaah, makanya banyak yang salahartikan Operasi Sajadah," terang Moeldoko.
Konsep ini dia ajukan ke Gubernur, Kapolda, dan Kajati Jawa Barat. Ketiga pimpinan daerah tingkat provinsi ini pun setuju dengan ide Moeldoko.
INDRA WIJAYA
Berita Terpopuler:
5 Teknologi yang Mengancam Manusia
Ini Kronologi Aksi Gadis Pemotong 'Burung'
Sidang Kasus Cebongan, Hakim dan Oditur Ketakutan
Mantan Napi Ungkap Kengerian Penjara Korea Utara
Beragam Penyebab Rupiah Terjun Bebas