TEMPO.CO, Jakarta - Rencana sejumlah Dinas Pendidikan di beberapa kabupaten untuk menggelar tes keperawanan untuk calon siswi SMA dinilai menggelikan oleh praktisi medis.
"Itu impossible, tidak mungkin dilakukan," kata dr. Dwiana Ocviyanti, seorang ahli spesialis kandungan, Kamis, 22 Agustus 2013. Dia menegaskan bahwa tes apa pun secara medis tidak bisa membuktikan keperawanan seseorang. Tes keperawanan hanya bisa menilai selaput darah utuh atau tidak. "Kalau keperawanan itu hanya Tuhan yang tahu," Dwiana menegaskan.
Menurut dia, para ahli medis bisa saja membuktikan keutuhan selaput dara seseorang. Namun, sebab dari rusaknya selaput dara itu tidak bisa dibuktikan. Dwiana mengingatkan bahwa rusaknya selaput dara bukan hanya dikarenakan hubungan seks, melainkan bisa disebabkan dari aktivitas keseharian, seperti olaraga.
Berdasarkan hal itu, Dwiyana tidak menyetujui tes keperawanan dimasukkan dalam salah-satu tes masuk sekolah. "Robeknya selaput dara tidak dapat dikategorikan penyebabnya. Bahkan, ada orang yang telah melakukan hubungan seks tetapi selaput daranya masih utuh," kata Dwiana.
Untuk membuktikan apakah seseorang pernah melakukan hubungan seksual atau tidak--sesuatu yang dimaksudkan oleh penggagas tes keperawanan--para dokter hanya mampu melakukan visum. Itu pun dengan bukti otentik seperti sperma serta dilakukan dalam waktu sehari setelah hubungan seks.
RINA ATMASARI
Topik Terhangat:
Suap SKK Migas | Penembakan Polisi | Pilkada Jatim | Rusuh Mesir | Konvensi Partai Demokrat
Berita Terpopuler:
KPK Tegaskan Bakal Panggil Jero Wacik
KPK: Djoko Susilo Cuma Bisa Jadi Ketua RT
Ahok: Waduk Ria-rio Dibongkar Akhir Bulan
Rombongan Bus Giri Indah Habis Gelar Puasa Easter
Moeldoko Dipuji Hanura, `Siapa Dulu Dong Gurunya`