TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Hatta Sinatra mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah tidak serta merta mendorong eksportir untuk mendongkrak nilai ekspornya. Hatta beralasan, eksportir masih memperhitungkan dampak pelemahan nilai tukar rupiah ini.
"Tidak semudah dan secepat itu," kata Hatta saat dihubungi, Rabu, 28 Agustus 2013. Hatta menjelaskan ekspor furnitur dan mebel memiliki komponen dan bahan baku yang dibeli dalam mata uang dolar Amerika Serikat. Untuk itu, kata dia, perhitungan cermat dibutuhkan sebelum memutuskan meningkatkan nilai ekspor.
Selain itu, Hatta mengatakan produk furnitur dan mebel bukan merupakan barang kebutuhan primer. Hal ini, ujar Hatta, membuat masyarakat tidak otomatis membeli mebel meskipun produsen memberikan diskon dan mengurangi harga. "Furnitur tidak bisa ditimbun seperti halnya beras, misalnya," ujar dia.
Hatta menuturkan, eksportir tengah menunggu langkah kebijakan yang akan diambil oleh Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, yang ditengarai akan diumumkan September mendatang. Beberapa analis mengatakan ada kemungkinan The Fed untuk mengurangi stimulus moneter.
Hatta memprediksi pasar keuangan di negara-negara berkembang akan terkena dampak apabila The Fed memutuskan mengurangi stimulusnya. Selain itu, kata dia, belum jelasnya nilai stimulus yang akan dikurangi turut mempengaruhi eksportir untuk tidak langsung menggenjot nilai ekspornya. "Kami lebih memilih berhati-hati," kata dia.
LINDA HAIRANI
Berita Terpopuler: