TEMPO.CO, Jakarta - Rencana bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), menghentikan kebijakan stimulus moneter bakal memicu aliran dana asing keluar (capital outflow) dari Indonesia. Ekonom Standard Chartered Bank, Eric Sugandi, memperkirakan arus keluar modal asing dari pasar saham dan obligasi domestik bisa mencapai US$ 18,5 miliar. “Bisa keluar US$ 18,5 miliar, namun cadangan devisa masih aman,” kata Eric kepada Tempo, kemarin.
Menurut catatan Bank Indonesia, dana asing mulai mengalir keluar sejak Mei lalu, saat Gubernur Federal Reserve Ben Bernanke berencana menghentikan stimulus moneter. Keputusan The Fed melanjutkan atau menghentikan kebijakan moneternya akan diumumkan pada 18 September mendatang.
Sepanjang Juni 2013, Bank Indonesia melansir total dana asing yang keluar dari pasar saham dan obligasi mencapai US$ 4,1 miliar. Jumlah ini setara dengan hampir seluruh modal asing yang masuk sepanjang Januari hingga Juni tahun ini. Akibatnya, rupiah tertekan dan cadangan devisa merosot hingga di bawah US$ 100 miliar.
Eric menjelaskan, dana asing paling banyak terparkir di sektor saham, yakni kisaran US$ 150-160 miliar. Sedangkan dana asing di surat berharga negara (SBN) sekitar US$ 26 miliar.
Saat berdiskusi di kantor redaksi Tempo pekan lalu, bekas Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, mengakui adanya capital outflow bila The Fed benar-benar jadi menghentikan stimulus moneternya. Akibatnya, permintaan akan dolar AS akan meningkat sehingga merontokkan nilai tukar rupiah. Meski demikian, dia menegaskan, ancaman krisis masih jauh. Dibandingkan dengan 1998, fundamental perekonomian masih lebih baik. Likuiditas perbankan juga lebih bagus ketimbang saat itu.
Menurut ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistyaningsih, rencana penghentian stimulus moneter oleh The Fed tidak akan mengguncang ekonomi Indonesia. “Saya kira efek kejutnya lebih besar saat diumumkan daripada jika nanti benar-benar diberlakukan,” ujarnya melalui telepon, kemarin.
Dia mengakui, saat Bernanke menyinggung tentang rencana penghentian stimulus moneter pada 23 Mei lalu, dana asing mulai mengalir keluar. “Saat itu saya kira efek paniknya agak berlebihan,” ujarnya. Lana menghitung, bila stimulus moneter benar-benar dihentikan, aliran dana asing yang keluar hanya berkisar US$ 20-50 juta.
Dalam jangka panjang, langkah The Fed seharusnya justru menimbulkan optimisme. Sebab, penghentian stimulus moneter merupakan tanda pulihnya kondisi ekonomi Negeri Abang Sam. “Melihat Amerika adalah salah satu pasar utama ekspor kita, membaiknya ekonomi mereka bisa jadi pencerahan bagi neraca perdagangan nantinya," ujar Lana. Pada paruh pertama tahun ini, Badan Pusat Statistik mencatat tiga negara tujuan ekspor utama Indonesia adalah Cina US$ 10,09 miliar, Jepang US$ 8,15 miliar, dan Amerika Serikat US$ 7,54 miliar.
MARTHA THERTINA | PINGIT ARIA | DEWI RINA
Terpopuler:
Bahasa Vicky Zaskia Gotik Dimengerti Keluarganya
Malam Final Miss World Dikejutkan 3 Gadis Cantik
Penembakan Polisi, Korban Nyambi Demi Kuliah Anak
Kondisi Dul Kritis, Maia Estianty Terlihat Pucat
Wawancara Menteri Zul: Harrison Ingin Main Tangkap
Pemerintah Diminta Moratorium Izin Trayek Lion Air
Garuda Beli 25 Unit Pesawat ATR
Investor Percaya Indonesia Aman 11 Tahun ke Depan