TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama siang ini menjadi pembicara kuliah umum di SMA Kolese Kanisius Jakarta. Ia bercerita mengenai pengalaman dan tantangan selama memimpin Jakarta.
Ada seorang siswa sekolah tersebut yang menanyakan bagaimana gaya dia memimpin padahal warga minoritas. Lantas Ahok pun menjawabnya dengan tegas bahwa pemimpin harus berani berkorban untuk rakyatnya.
"Pemimpin itu orang yang berani mati untuk kepentingan rakyat, kayak para pemimpin revolusi dulu karena mereka berani mati," kata Ahok saat acara Education Fair di SMA Kolese Kanisius, Jakarta Pusat, Sabtu 21 September 2013.
Ketika pemimpin berani mengambil kebijakan yang bertentangan dengan golongan tertentu, lanjut Ahok, maka bisa dipastikan akan kehilangan simpatisan. Seperti yang dialaminya saat oknum agama tertentu memaksanya untuk memecat Lurah Lenteng Agung, Susan, yang dianggap tidak layak memimpin wilayah tersebut karena minoritas. Ahok pun keukeuh tidak mau karena didalam undang-undang tidak ada yang mengatur demikian.
"Kehilangan konstituen tidak apa-apa, asal kita taat pada konstitusi," ucap Ahok.
Disamping itu, menurut Ahok, selama ini program-program pemerintah tidak berjalan lancar karena pemimpin terlalu banyak kepentingan politik. "Kenapa MRT tidak pernah di mulai? Kenapa tidak berani membangun sungai dan terowongan atau merapikan jalan layang?" Kata dia.
Pemimpin, lanjut Ahok, selama ini takut untuk mengambil keputusan karena tidak siap dengan konsekuensinya dan takut kehilangan popularitas. "Selalu di ulur-ulur saja, yang penting terpilih kembali," tuturnya.
LINDA TRIANITA
Berita Terpopuler
Polisi Akan Periksa Ibu Pacar Dul
Sengketa Lahan, Polisi Tangkap 179 Anggota Ormas
Wakil Lurah Nyabu, Akan Diberhentikan Tak Hormat
Pecurian Artefak Ubah Pengamanan di Museum Gajah
Perampok dan Penembak Briptu Ruslan Itu Residivis