TEMPO.CO, Jakarta - Tingginya permintaan yang tidak diimbangi pasokan mata uang dollar akan melemahkan nilai tukar rupiah. Menurut analis dari Indonesia Bond Pricing Agency, Fakhrul Aufa, pelemahan rupiah akan semakin tajam karena jurang defisit neraca perdagangan yang masih lebar. ""Spekulasi laju penguatan rupiah minim di tengah kelangkaan dollar,” kataa dia kepada Tempo.
Pada perdagangan Rabu 25 September 2013, nilai tukar rupiah terhadap dollar turun 15,5 poin (0,14 persen) ke level 11.485. Fakhrul mengatakan efek positif penundaan pengurangan stimulus bank sentral Amerika Serikat (The Fed) pekan lalu tak mampu mengurangi laju pergerakan negatif rupiah. Sebaliknya, tekanan terhadap rupiah semakin tinggi seiring dengan kebutuhan dollar korporasi yang terus meningkat.
Tingginya sentimen negatif terhadap rupiah datang dari defisit neraca perdagangan sepanjang Januari hingga Juli, yang berjumlah US$ 5,65 miliar. Akibat kondisi tersebut, likuiditas dolar dikhawatirkan masih terganggu. Momen ini akhirnya membuat investor enggan melepas dolarnya. Akibat hal itu pula, lelang Surat Utang Negara (SUN), yang selalu menunjukkan kelebihan permintaan alias oversubscribed, tak mampu membalikkan arah pergerakan rupiah. “Jumlah dolar yang masuk lewat SUN tidak cukup memenuhi kebutuhan yang tinggi pada akhir bulan,” ujar Fakhrul.
Menurut Fakhrul, sebelum problem fundamental melebarnya defisit perdagangan diselesaikan, selama itu pulalah rupiah terus melemah. Lebih jauh, rupiah bahkan sedang menuju titik ekuilibrium baru di level 11.500. Pada hari ini, Kamis 26 September 2013, rupiah diprediksi berada dalam kisaran 11.450-11.700 per dollar.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Serangan pada Ruhut, dari Badut Sampai Kumpul Kebo
Jadi Rebutan Klub, Kiper Ravi Pilih Timnas U-19
7 Penantang BBM di Berbagai Platform
Lurah Susan Didemo, Grace Tiaramudi Dipuji Warga
BBM Android Masih Tertunda, Tim Bekerja Non-Stop
Ini Cara Aneh Buka Touch ID iPhone 5S
Pendemo Lurah Susan 'Nyasar' Jokowi-Ahok