TEMPO.CO, Taipei - Persaingan pasar ponsel pintar kini sedang didominasi oleh produk keluaran Samsung dan Apple. Hal ini membuat posisi HTC semakin tertinggal jauh. Jika Nokia sudah diselamatkan Microsoft beberapa waktu lalu, tapi HTC tak berniat menjual perusahaannya kepada siapapun.
Padahal, vendor asal Taiwan ini menyadari bahwa prospek ke depannya terlihat suram. Namun, daripada harus menjual perusahannya, HTC lebih memilih mencari rekan 'penolong' untuk bekerja sama agar mampu bertahan di kompetisi.
HTC dikabarkan mengalami kerugian operasional sebesar US$ 3,5 juta atau sekitar Rp 40 triliun pada hari Jumat. Hal ini disebabkan karena sepertiga penjualan mereka jatuh sejak tahun lalu. Ironisnya, HTC termasuk gigih dalam membuat ponsel pintar inovatif dan sempat laris di pasaran. Tapi mereka tak berhasil mempertahankan kesuksesan itu.
"Pada dasarnya, banyak hal yang harus diperbaiki. HTC perlu bekerja keras pada proses pemasaran dan manajemen rantai suplai serta penyediaan produk" kata Laura Chen, juru bicara bank BNP Paribas, Jumat, 4 Oktober 2013.
Permasalahan HTC ini juga mendorong turunnya saham sekitar 55 persen tahun ini. Pihak JPMorgan, sebuah firma sekuritas dan perbankan investasi, mengatakan pada bulan Juli lalu, HTC terlihat akan bergabung dengan Huawei, perusahaan teknologi milik Cina. Namun, ketika ditanya, pihak Huawei mengatakan tidak berencana mengakuisisi produsen ponsel pintar manapun untuk menaikan angka penjualan.
RINDU P HESTYA | REUTERS
Berita Populer Terkait:
Pemilik Suara Siri Buka Suara
KakaoTalk Sediakan Telepon Gratis untuk BlackBerry
Operator Terbesar Kanada Ogah Jual BlackBerry Z30
Anak Badak Liar Lahir di Way Kambas
Twitter Alami Kendala Pertumbuhan Jumlah Pengguna