TEMPO.CO, Pontianak - Di mata sebagian warga Pontianak, Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, yang dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi karena diduga menerima suap, adalah orang terpandang. Sekelompok orang yang bergabung dalam Forum Aksi Solidaritas Akil Mochtar siap pasang badan.
"Akil Mochtar adalah korban politik," kata Muslimin, anggota forum ini di Pontianak, Rabu, 9 Oktober 2013.
Dukungan kepada Akil juga dalam bentuk pamflet. Selebaran itu menyebutkan, Akil Mochtar bukan pengkhianat bangsa dan masih merupakan kebanggaan warga Kapuas Hulu. Tak hanya itu, Muhlis Suhaeri, penulis dan pemenang Mochtar Lubis Award, mengomentari kasus penangkapan Akil dalam notes di akun Facebook miliknya. (Baca di sini)
Muhlis, yang juga menulis biografi Akil Mochtar, dalam akun Facebooknya menyatakan, "Saya tentu saja SANGAT MENDUKUNG KPK dalam memberantas korupsi. Tapi, tentu saja harus tetap bersikap adil, tidak berhak menghujat atau menghakimi sebelum ada ketetapan hukum yang mengikat terhadap perkara tersebut."
Kalimat " SANGAT MENDUKUNG KPK" sengaja ditulis dengan huruf kapital, untuk menegaskan penyataan sikapnya.
Tamsil Sjoekoer, pengacara yang ditunjuk Akil Mochtar dalam kasus ini, menyatakan akan ada dukungan dari beberapa pengacara lain. Tamsil merupakan kolega Akil selama menjadi pengacara. Dia termasuk anggota tim pengacara yang membela kasus Lingah, Pacah, dan Sumir, pada 1992. Tiga orang ini dituduh membunuh Pamor.