TEMPO.CO, Kaunas - Bangku pemain cadangan tim nasional Bosnia-Herzegovina gaduh begitu wasit Felix Zwayer asal Jerman meniup peluit panjang tanda akhir pertandingan di Stadion Darius and Girenas di Kaunas, Lithuania, kemarin dinihari. Bosnia berhasil menekuk tuan rumah 1-0 berkat gol semata wayang Vedad Ibisevic.
Pelatih Sefat Susic melompat kegirangan. Beberapa pemain dan ofisial tim berebut memeluknya, membuat tubuh pria 59 tahun itu terguncang-guncang. Sebagian pemain berlarian ke tengah lapangan, berteriak kegirangan, dan memeluk siapapun yang mereka temui.
Di tribun penonton, keriuhan serupa terjadi. Mereka menyalakan kembang api dan merentangkan bendera biru-kuning raksasa yang menutupi hampir seluruh tribun.
Berjarak sekitar 1.800 kilometer dari Kaunas, kemeriahan yang sama merembet. Tepatnya di Sarajevo, ibu kota Bosnia, semua masyarakat turun ke jalan. Mereka berkonvoi dengan kendaraan, bernyanyi dan menyalakan kembang api. Simpulannya: Semua gaduh tak beraturan.
Kemenangan atas tuan rumah Lithuania pada Selasa malam waktu setempat memang emosional. Bukan semata perkara kemenangan dengan skor 1-0 atas tuan rumah, tapi jauh lebih besar dari itu. Kemenangan itu telah mengantar Bosnia lolos ke putaran final Piala Dunia 2014, yang akan digelar di Brasil.
"Pencapaian ini bukan lagi soal sepak bola. Ini adalah luapan perasaan kami: orang-orang yang terlupakan selama ini. Orang-orang dari negara baru yang tidak berpengalaman," kata Salih Redzic, salah seorang warga yang larut dalam perayaan di jalanan Kota Sarajevo.
Salih mengucapkan itu dengan mata yang berkaca-kaca. Seperti dikutip Straits Times, usai diwawancara, ia pun kembali larut dalam perayaan massal, lalu berteriak dengan sekuat tenaga: "Vamos (Ayo) Bosnia".
Negara pecahan Yugoslavia itu memang layak menggelar perayaan besar-besaran semalam suntuk. Pasalnya, mereka menunggu terlalu lama untuk bisa mencicipi turnamen bergengsi internasional. Bandingkan dengan negara sesama pecahan Yugoslavia lain, terutama Slovenia dan Kroasia. Kroasia mampu lolos ke Piala Dunia "cukup" tujuh tahun setelah lepas dari Yugoslavia. Adapun Slovenia meraih tiket ke Piala Eropa 2000, atau sembilan tahun setelah berdiri sendiri.
Bosnia memang terhitung terlambat berkembang dibanding dua negara tersebut. Mereka telat menjadi anggota resmi Asosiasi Federasi Sepak bola Eropa (UEFA) dan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) lantaran disibukkan oleh perang sipil di awal lepas dari Yugoslavia.
Alhasil, tim berjuluk The Dragons atau Sang Naga itu baru bergabung ke UEFA pada 1998 dan bergabung ke FIFA dua tahun sebelumnya. Usai resmi menjadi anggota UEFA dan FIFA, mereka mulai serius membina sepak bola, namun tetap belum berhasil menarik perhatian penggemar sepak bola dunia karena masih berstatus tim "hampir lolos".
Pada kualifikasi Piala Dunia 1998, mereka berada di peringkat keempat di klasemen akhir babak kualifikasi. Lalu, pada Kualifikasi Piala Eropa 2000, ketika Slovenia lolos hingga putaran final, Bosnia mentok di peringkat ketiga di klasemen akhir. Nasib serupa dilanjutkan di Kalifikasi Piala Dunia 2002, kualifikasi Piala Eropa 2004, kualifikasi Piala Dunia 2006, dan kualifikasi Piala Eropa 2008.
Nasib sedikit lebih baik didapat pada kualifikasi Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012. Masing-masing mereka berada di peringkat kedua di klasemen akhir pada babak kualifikasi dan berhak lolos ke play-off. Namun, di dua laga play-off tersebut, mereka keok oleh tim yang sama: Portugal.
Usai 2012, Bosnia semakin membaik. Ditopang para pemain inti yang bermain di kompetisi elit Eropa, kualitas mereka terangkat. Perlahan mereka mengungguli Slovenia dan Kroasia. Tidak heran, pada Agustus kemarin, FIFA mencatat mereka sebagai salah satu tim dengan perkembangan luar biasa dengan meraih posisi ke-13 dunia.
Pencapaian yang juga diselamati Presiden UEFA, Michel Platini. "Mereka telah membuat sepak bola berkembang di semua segmen."
FIFA | UEFA | ARIE FIRDAUS