TEMPO.CO, Yogyakarta -- Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X akan menikahkan putri keempatnya, Gusti Kanjeng Ratu Hayu, dengan Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro pada 21-23 Oktober. Sultan mempunyai pesan spesifik kepada putrinya yang juga telah menjadi penghageng Tepas Tandha Yekti atau yang diserahi tanggung jawab ikut mengelola pusat data Keraton tersebut.
"Asal ada upacara keraton, datanglah kalau ada peluang. Tapi kalau jauh, ya enggak masalah," kata Sultan saat ditemui di garasi mobil Keraton Yogyakarta, Jumat, 18 Oktober 2013. (Klik berita Sultan Mantu di sini)
Baca Juga:
Hal itu lantaran Sultan memaklumi usai menikah Hayu akan mengikuti suaminya yang bertugas di Amerika Serikat. Dengan demikian, frekuensi untuk pulang ke Yogyakarta tidak bisa dipastikan.
Sementara itu, Permaisuri Keraton Yogyakarta GKR Hemas mengaku kesepian karena berpisah dengan Hayu. Sebab, Hayu selalu memperhatikan kesehatannya. "Tapi ya senang dan bahagia karena anak-anak sudah berumah tangga semua," kata Hemas.
Menurut Hemas, istri merupakan manajer pernikahan dalam rumah tangga yang baik. "Jadi, istri yang bertanggung jawab mengatur rumah tangga. Kalau sudah lama mengenal dan ada masalah, bagaimana mengaturnya," kata Hemas.
Awalnya, Hayu pernah akan dinikahkan bersamaan dengan putri ke-5 atau putri bungsu Sultan, GKR Bendara. Hanya saja, Hayu menolak. "Dia ingin melanjutkan sekolah dulu," kata Hemas.
Tidak hanya soal upaya meraih cita-cita tinggi yang menjadi alasan Hayu tidak segera menikah. Dia juga punya pertimbangan lain. "Kalau saya menikah, berarti harus meninggalkan Indonesia karena harus ikut suami," kata Hemas menirukan perkataan Hayu kala itu.
Calon suami Hayu, yakni Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro, adalah seorang staf PBB yang bertugas di New York, Amerika Serikat. Hayu pun memilih dilangkahi adiknya yang menikah lebih dulu pada 18 Oktober 2011 lalu. "Padahal, saya sudah menyiapkan dua busana basahan," kata Hemas.
Usai menikah nanti pada 21-23 Oktober, Hayu akan mengikuti suaminya ke Amerika. Mereka akan berangkat 28 Oktober nanti. Dia akan meneruskan kuliah di sana. Namun, keinginan untuk kembali ke Indonesia tetap tinggi. "Hayu menyatakan tekadnya untuk berupaya agar suaminya bisa ditugaskan di Asia," kata Hemas.
Kisah asmara keduanya pun tak selalu berjalan mulus. Selain beda usia 10 tahun, hubungan jarak jauh juga acapkali membuat komunikasi tak lancar. Mereka pun sempat putus nyambung meskipun hubungan mereka tetap awet hingga 10 tahun. "Jika saya tidak dapat Abra (nama kecil Hayu), saya tidak akan menikah," kata Hemas menirukan Notonegoro kala itu.
Keseriusan Notonegoro pun dibuktikan dengan menjadi santri di pondok pesantren di Kudus, Jawa Tengah, kota asalnya. Dia nyantri selama satu tahun. "Mungkin dia berdoa agar mertuanya membolehkan dia menikah dengan Abra," kata Hemas sambil tertawa. Notonegoro dinilai Hemas sebagai pribadi yang cuek, tidak suka bergunjing, dan rajin beribadah.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Berita terkait:
Sultan Mantu, Ini Pengalihan Arus Lalu Lintas
Keraton Tolak Beberkan Anggaran Pernikahan Agung
Sultan: Tugas Saya Sebagai Ayah Sudah Selesai
Ini Ritual Lengkap Panggih Pengantin