TEMPO.CO, Solo - Tumpeng nasi kuning dan jajanan pasar berjajar di atas karpet lusuh yang digelar di emperan Museum Radya Pustaka, Solo, Senin, 28 Oktober 2013. Sejumlah tamu dan ulama dari Keraton Kasunanan Surakarta duduk khidmat mengelilingi tumpeng tersebut.
Upacara tumpengan itu bukan digelar untuk memperingati hari Sumpah Pemuda, tapi mereka sedang menggelar tasyakuran memperingati ulang tahun museum tertua di Indonesia. Hingga saat ini, museum yang berada di kawasan Sriwedari itu berusia 123 tahun.
Prosesi tumpengan itu dilakukan secara sederhana. Biasanya, tumpengan dilakukan di dalam bangunan Museum. Siang itu, tumpeng hanya digelar di emperan yang berdebu. Bagian dalam bangunan tua itu pada saat ini tengah direnovasi.
Upacara sederhana itu dihadiri oleh para pengurus Museum, pemerhati seni budaya, serta sejumlah undangan lain. Tiga ulama Keraton berpakaian beskap putih memimpin doa untuk keselamatan museum yang banyak menyimpan artefak sejarah itu.
Nama Radya Pustaka sempat mencuat beberapa tahun lalu lantaran kasus pemalsuan sejumlah arca batu yang berusia ratusan tahun. Kasus itu melibatkan beberapa orang dalam Museum. "Kami berharap pengelolaan Museum bisa semakin bagus," kata Ketua Komite Museum Radya Pustaka, Purnomo Subagyo.
Hampir semua artefak yang berada di dalam Museum memiliki nilai yang cukup tinggi. Koleksinya meliputi arca batu dan perunggu, wayang, gamelan, furnitur, pusaka, serta buku-buku kuno. "Ada ribuan buku yang tersimpan dalam perpustakaan," katanya.
Dari ribuan buku tersebut, 400 di antaranya merupakan manuskrip kuno tulisan tangan. Kondisinya sudah mulai rapuh sehingga riskan jika terlalu banyak dibuka. Rencananya, tahun depan pihak Museum akan mulai mendigitalisasi manuskrip tersebut.
Museum Radya Pustaka didirikan oleh Raden Adipati Sosrodiningrat pada 1890 atas perintah Paku Buwana IX. Pada awalnya, museum tersebut berada di kompleks Kepatihan. Beberapa tahun kemudian, barulah museum itu dipindahkan di kawasan Sriwedari.
AHMAD RAFIQ
Topik terhangat:
Prabowo Subianto | FPI Geruduk Lurah Susan | Dinasti Banten | Suap Akil Mochtar
Berita lainnya:
Taktik Pius Mendekati Prabowo Subianto
Aksi Mengusik Lurah Susan, FPI Beri Contoh Buruk
Mendagri Tak Tahu FPI Mulai Mengusik Lurah Susan
Ada Landasan Helikopter di Rumah Mewah Prabowo
Perusak Rumah Adiguna Sutowo Bernama Floren