TEMPO.CO, Jakarta - Laba perusahaan pembiayaan atau multifinance tahun ini kemungkinan tak akan tumbuh sebaik tahun lalu. Hal ini disampaikan pengawas Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia, Wiwie Kurnia, dalam "Seminar Nasional Strategi Pembiayaan Otomotif dan Perumahan" di Era Bunga Tinggi, Jakarta, Selasa, 12 November 2013.
Menurut Wiwie, salah satu penyebabnya adalah disparitas bunga. Bunga kredit dari bank ke perusahaan pembiayaan lebih tinggi dibanding bunga yang diberikan perusahaan pembiayaan kepada kliennya. "Perbankan sudah menaikkan bunga, sedangkan perusahaan pembiayaan belum bisa menaikkan bunga seperti di perbankan," kata Wiwie.
Menurut dia, perusahaan pembiayaan tetap menawarkan bunga pada kisaran 4 persen-an meski kondisi perekonomian sudah berubah. Seperti diketahui, suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate sudah naik 1,5 persen dari 5,75 persen menjadi 7,25 persen. Nilai tukar rupiah juga sudah terdepresiasi ke kisaran Rp 11.500-an. "(Akibatnya) ada peningkatan cost," ujarnya.
Meski begitu, disparitas bunga diakuinya bukan satu-satunya penyebab. Ada faktor lain, seperti daya beli masyarakat dan dampak aturan uang muka. Selain itu, persaingan juga semakin berat.
APPI mencatat, pada 2012, laba perusahaan pembiayaan tumbuh 37,07 persen dari Rp 8,9 triliun pada 2011 menjadi Rp 12,2 triliun pada 2012. Tahun ini, hingga September 2013, laba baru mencapai Rp 10,9 triliun.
Adapun pembiayaan tumbuh 26,70 persen dari Rp 245,3 triliun pada 2011 menjadi Rp 310,8 triliun pada 2012. Tahun ini, hingga September 2013, pembiayaan sudah mencapai Rp 340 triliun atau naik 9,40 persen dibanding posisi akhir 2012.
Sedangkan aset tumbuh 17,30 persen dari Rp 291,4 triliun pada 2011 menjadi Rp 341,8 triliun pada 2012. Tahun ini, hingga September 2013, aset sudah mencapai Rp 391,6 triliun atau naik 14,57 persen dibanding posisi akhir 2012.
Pembiayaan konsumen dan sewa guna usaha, dijelaskan Wiwie, masih mendominasi pembiayaan dari perusahaan multifinance. Sementara pembiayaan kartu kredit dan anjak piutang relatif masih kecil. Pembiayaan konsumen mayoritas mengalir untuk pembiayaan otomotif, yakni mobil dan sepeda motor.
Hingga September 2013, pembiayaan konsumen mencapai Rp 216 triliun atau tumbuh 9,6 persen dari posisi per akhir 2012. Dengan pencapaian ini, kelihatannya pertumbuhan tak sebaik tahun sebelumnya. Pada 2012, pertumbuhan pembiayaan konsumen naik 19,39 persen dari Rp 165 triliun pada 2011 menjadi Rp 197 triliun pada 2012.
Sementara itu, pembiayaan untuk sewa guna usaha mencapai Rp 116 triliun per September 2013 atau tumbuh 6,42 persen. Dengan pencapaian ini, kelihatannya pertumbuhan tak sebaik tahun sebelumnya. Pada 2012, pertumbuhan pembiayaan untuk sewa guna usaha mencapai 50,65 persen dari Rp 77 triliun pada 2011 menjadi Rp 116 triliun pada 2012.
Wiwie menjelaskan, perlambatan terjadi karena kondisi perekonomian tahun ini berbeda dibanding tahun sebelumnya. Terkait pembiayaan otomotif, ia menjelaskan, penjualan mobil naik sesuai harapan, namun penjualan sepeda motor tak sesuai prediksi awal. Jika mengikuti prediksi awal, seharusnya saat ini jumlah penjualannya bisa mencapai 10 juta unit.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengungkapkan, Agen Tunggal Pemegang Merek (APTM) memperkirakan penjualan sepeda motor masih bisa menembus 7,7 juta unit atau naik 10 persen dibanding penjualan tahun 2012 yang mencapai 7 juta unit. Sementara itu, penjualan mobil diperkirakan bakal melebihi pencapaian 2012 yang sebesar 1,1 juta unit. "Penjualan 2013 akan ditutup 1,2 juta unit," ucapnya.
MARTHA THERTINA
Berita terpopuler
Cerita Lengkap Megawati tentang Karier Jokowi
Marzuki: Tempo, Nanti Ketemu di Surga atau Neraka
Marzuki Alie: Kalau Suapnya Rp 1 T Baru Sebanding
Menteri UKM: Rakyat Tak Tahu Terima Kasih
Anak Pejabat yang Berurusan dengan Aparat
Misteri Bungker Kuno di Solo Mulai Terkuak
Ayu Ting Ting Hamil 7 Atau 4 Bulan?