TEMPO.CO, Yangon - Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam, Eklemeddin Ihsanoglu, mengaku menangis saat bertemu dengan komunitas Muslim Rohingya di Myanmar. Dalam pertemuan di kamp pengungsi di Sittwe, kemarin, Ihsanoglu mendengarkan kesaksian Rohingya yang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena dikejar-kejar massa Buddha yang membawa golok.
“Saya tidak pernah merasakan hal seperti ini, saya menangis,” katanya usai mengakhiri kunjungan empat hari di Myanmar.
Kehadiran Ihsanoglu juga disambut aksi demo ribuan massa Buddha yang menolak kehadirannya di Myanmar, Jumat pekan lalu.
Ihsanoglu memimpin delegasi yang terdiri atas sejumlah menteri luar negeri dari 57 anggota OKI untuk membahas situasi muslim Rohingya di Myanmar.Sejak Rabu pekan lalu, delegasi OKI tiba di Yangon untuk bertemu dengan presiden, para menteri, kelompok antaragama, dan badan-badan PBB. Warga Buddha menggelar aksi di seluruh Myanmar menolak kunjungan yang mereka sebut mengintervensi urusan dalam negeri.
Kedatangan delegasi OKI di Bandara Sittwe, Jumat, disambut dengan spanduk berbunyi “Get Out OIC” dan “We Don’t Want OIC”.
“Orang-orang kami tiba di sini sejak pukul 7 pagi. Kami punya lebih dari 3.000 orang,” kata Tun Hlaing, penyelenggara protes. Dia menuding masalah yang terjadi di negaranya akibat intervensi internasional.
Pemerintah Myanmar telah mengizinkan dan menjamin keselamatan delegasi, yang terdiri atas Ihsanoglu sebagai ketua, Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu, serta pejabat Malaysia, Arab Saudi, Mesir, Djibouti dan Bangladesh. Para delegasi menggunakan helikopter menuju negara bagian Arakan mengunjungi pengungsi Rohingya.
Di Arakan, sekelompok kecil warga Buddha juga menggelar aksi serupa di Maungdaw, Buthitaung, Toungup, dan Mrauk-U. Di Yangoon, aksi penolakan OKI dilakukan sekitar seribu orang, sebagian besar biksu Buddha. Mereka bergerak dari Pagoda Shwedagon menuju Pagoda Sule. Kepergian delegasi OKI juga diantar dengan aksi protes.
Aksi protes menolak kehadiran delegasi OKI juga digelar di Meiktila, Mandalay, dan Lashio, negara bagian Shan, Kamis pekan lalu. Di kedua kota itu terjadi kekerasan terhadap komunitas muslim sejak tahun lalu. Aktivis HAM menuding pemerintah Myanmar membiarkan terjadinya kekerasan terhadap komunitas muslim Rohingya.
Diperkirakan 140 ribu etnis Rohingya terpaksa mengungsi akibat dua gelombang kekerasan di negara bagian Arakan pada tahun lalu. Sedikitnya 192 orang tewas dalam bentrokan antara warga Buddha dan Rohingya. Pemerintah Myanmar tidak mengakui kewarganegaraan Rohingya yang dianggap berasal dari Bangladesh.
IRRAWADDY | ABC NEWS | NATALIA SANTI
Baca juga:
Anji Sebut Flo Pribadi yang Menyenangkan
Ricuh, Slanker Lempar Batu di Festival Musik Blues
Pegadaian Partikelir di Cengkareng Dirampok
Untuk MRT, Tanam Pohon Dulu Baru Boleh Tebang
50 Ribu Warga Bekasi Pindah Alamat
Upah Kota Bekasi Beda Tipis dengan Jakarta
Diduga Perkosa Anak Kandung, Sopir Taksi Dibekuk