TEMPO.CO, Jakarta - Laju rupiah pada awal pekan ketiga November 2013 terus melemah. Tingginya permintaan dolar Amerika Serikat untuk kebutuhan korporasi membuat harga dolar semakin melambung tinggi.
Dalam penutupan perdagangan di pasar mata uang, Senin, 18 November 2013, rupiah melemah 15 poin (0,13 persen) menuju level 11.635 per dolar. Ekonom PT BNI Securities, Heru Irvansyah, menyatakan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran dolar menyebabkan posisi rupiah semakin tertekan.
Di tengah defisit neraca transaksi berjalan, banyaknya kebutuhan korporasi untuk membayar utang jatuh tempo membuat likuiditas dolar semakin berkurang. “Kebutuhan demand and supply dolar yang tak berimbang bikin likuiditas dolar mengering,” ujar Heru kepada Tempo.
Utang swasta jatuh tempo hingga kuartal ketiga yang sudah dibayar berjumlah US$ 20,6 miliar. Bila digabung dengan kondisi neraca transaksi berjalan yang juga defisit US$ 8,4 miliar, bisa dipastikan bahwa permintaan dolar pasti meninggi. “Dalam situasi minus tersebut, pasar uang tak bisa memenuhi kebutuhan suplai dolar,” katanya.
Dengan langkah Bank Indonesia yang enggan melakukan intervensi, bukan tidak mungkin rupiah cenderung menuju keseimbangan baru di level 11.600-an per dolar. Meski demikian, Heru tetap mengingatkan bahwa aksi tersebut tak boleh dilakukan secara sporadis agar nilai cadangan devisa tetap bisa terjaga.
Di luar faktor tersebut, laju rupiah memang masih dipengaruhi spekulasi kebijakan pengurangan stimulus (tapering off) bank sentral Amerika (The Fed). Tak ayal, guna mengurangi risiko, sebagian pelaku pasar akhirnya memilih menunggu kepastian pidato Ketua The Fed, Ben Bernanke, yang dijadwalkan diselenggarakan dalam waktu dekat.
Hari ini, Selasa 19 November 2013, rupiah diprediksi masih akan bergerak terbatas pada level 11.600-11.650 per dolar. “Rilis beberapa data ekonomi Amerika dalam waktu dekat akan memperjelas kebijakan tapering off.”
MEGEL JEKSON
Terpopuler
Ups, Muncul Fenomena Tukar Pasangan atau Swinger
Australia Sadap Telepon Presiden SBY 15 Hari
Hakim Vica Diduga Selingkuh dengan 'Brondong'
Ini Daftar Pejabat yang Disadap Australia
Konvensi Tak Ramai, Demokrat Salahkan Peserta
Moammar Emka: Swinger Lahan Bisnis Baru di Jakarta
Menlu Tarik Dubes Indonesia di Australia