TEMPO.CO, Cardiff - "Arsenal tickets sold-out!" Pengumuman itu terpampang di laman resmi Cardiff City sejak beberapa hari lalu. Artinya: tidak akan ada ruang kosong di Stadion Cardiff City, Sabtu, 30 November 2013. Dari total kapasitas stadion sekitar 28 ribu kursi, semua terisi penuh.
Saking tingginya antusiasme para penggemar, manajemen Cardiff bahkan sampai membuat daftar tunggu, andaikata ada penggemar yang membatalkan pemesanan tiketnya.
"Permintaan tiket melawan Arseal nanti memang sangat tinggi. Jadi kami membuka kesempatan lewat daftar tunggu," tulis laman resmi Cardiff, memberi keterangan dalam pengumumannya.
Cinta penggemar kepada tim berjuluk Si Burung Biru itu memang seolah bersemi kembali usai hasil imbang 2-2 melawan Manchester United pada akhir pekan lalu. Semakin heroik, bagi para penggemar Cardiff, karena mereka dua kali mengejar ketertinggalan atas tim juara bertahan itu.
Padahal, di awal musim harapan mereka sempat pudar lantaran tim bermain buruk sehingga terbenam di peringkat ke-15 Liga Primer Inggris saat ini. Pencapaian yang tidak sebanding jika mempertimbangkan latar mereka sebagai juara Divisi Championship Inggris musim lalu.
Tidak heran pemilik klub asal Malaysia, Vincent Tan, pun sempat melontarkan wacana untuk mencopot manajer Malcolm George Mackay alias Malky Mackay.
Namun, akhir pekan lalu seperti menjadi titik permulaan di kesempatan kedua bagi pelatih berpaspor Skotlandia tersebut. Sekarang, segenap tim berada di belakangnya. Meski belum ada pernyataan resmi, namun manajemen sepertinya membuka kesempatan untuk mempertahankannya.
Para penggemar pun sama. Pada penghujung pertandingan melawan United lalu, Mackay dielu-elukan dalam nyanyin berlirik: "Jangan Pecat Mackay!" Spanduk bertuliskan "Kami Percaya Kepada Mackay" pun dibentangkan di stadion.
Bak air bah, ekspektasi tinggi penggemar itu terus meluncur sampai akhir pekan ini, ketika tim menjamu Arsenal di Stadion Cardiff City. Harapannya pun sama, yaitu minimal meraih satu poin.
Namun, di tengah euforia itu, Paul Abandonato, kolumnis sepak bola di situs Wales Online, mencoba meredam para penggemar.
"Mereka tetap harus bersabar dan tidak mematok harapan i berlebih, meski dua kali berhasil mengejar ketertinggalan atas United pekan lalu," ujar Paul, dalam tulisannya. "Karena United sekarang berbeda dibanding United di era Ferguson yang begitu dominan. Jadi tidak bisa dijadikan patokan detail kualitas tim Cardiff."
Lawan akhir pekan ini, Arsenal, memang berbeda dibanding United. Jika United justru limbung di tangan pelatih anyar, tim Gudang Peluru justru seperti menemukan stabilitas permainan. Mereka sementara berada di puncak klasemen dengan 28 poin dari 12 pertandingan, atau unggul empat poin atas Liverpool di peringkat kedua.
Pekan lalu, tim asuhan Arsene Wenger pun berhasil mengalahkan salah satu pesaing berat musim ini: Southampton, dengan skor 2-0. Di Liga Champions Eropa, mereka juga menang dengan skor sama atas klub Prancis, Marseille.
Arsenal memang terlihat makin nyaman dan percaya dengan skuad yang ada saat ini. Hal itu pun diakui Wenger. "Tidak akan banyak perubahan di tim ketika menghadapi Cardiff. Mirip seperti ketika melawan Marseille," kata Wenger. "Beberapa mungkin akan diistirahatkan, seperti Arteta. Tapi, semua yang terbaik tersedia untuk pertandingan nanti."
Lalu, Wenger memberi sedikit ancaman kepada Cardiff. Ancaman dalam wujud pemain berdarah Wales, Aaron Ramsey. "Jika kalian membiarkan dirinya, dia akan berbahaya. Dia menempatkan dirinya sebagai gelandang, tapi terkandang juga penyerang," kata Wenger. "Ramsey haus bermain bola."
ARSENAL | CARDIFF | WALES ONLINE | ARIE FIRDAUS