TEMPO.CO, Cianjur - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar rapat kabinet terbatas bidang ekonomi untuk mengantisipasi kebijakan tapering off atau pengurangan stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat, the Federal Reserves, pada awal 2014. Pemerintah menilai kebijakan the Fed menjadi potensi ancaman terhadap stabilitas nilai tukar rupiah.
"Sejak tadi pagi mulai pukul 10.00 WIB," kata juru bicara presiden, Julian Aldrin Pasha, saat ditemui di sela rapat, Senin, 2 Desember 2013.
Rapat diisi dengan pemaparan kondisi ekonomi oleh Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Keuangan Chatib Basri, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Mahendra Siregar, dan sejumlah menteri.
Menurut Julian, garis besar pemaparan yang dibahas adalah semakin lemahnya nilai tukar rupiah karena faktor internal, yaitu defisit anggaran, dan faktor eksternal, yaitu kebijakan tapering off the Fed. Dalam rapat, para menteri dan pejabat ekonomi melaporkan langkah antisipasi jika tapering off benar-benar diberlakukan.
Meski demikian, Julian mengatakan tak memahami lebih detail langkah antisipasi dan isi laporan para pengambil kebijakan ekonomi. "Lebih rinci yang dapat menjelaskan Menko Perekonomian atau Menteri Keuangan," kata dia.
Dikatakan Julian, rapat juga tak dapat memastikan lahirnya kebijakan antisipasi pada hari ini. Proses rapat yang digelar di Istana Cipanas masih terus berlangsung dan belum menemukan kesimpulan.
"Kita tahu kondisi ekonomi global masih sangat tergantung dengan kondisi di Amerika Serikat, termasuk kemungkinan diberlakukannya tapering off. Namun, Indonesia harus dalam kondisi siap untuk menghadapi," kata Julian.
Kabar the Fed akan menerapkan tapering off sebenarnya sudah beredar sejak awal 2013 dan menyebabkan gejolak ekonomi. Isu kebijakan tersebut menjadi beban psikologis ekonomi global sehingga saat the Fed menunda penerapannya, pasar menjadi lebih tenang. Akan tetapi, di akhir 2013 isu tapering off kembali berhembus kuat dari the Fed.
FRANSISCO ROSARIANS