TEMPO.CO, Yogyakarta - Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia Tito Pranolo mengatakan Indonesia membutuhkan tambahan lahan pertanian tebu baru seluas 350 ribu hektar untuk mencapai swasembada gula. "Tapi penambahan lahan di Jawa tak mungkin lagi," katanya di sela seminar bertajuk "Arah Baru Kebijakan Pergulaan Nasional" di Yogyakarta, Kamis, 12 Desember 2013.
Luas lahan tebu di Indonesia kini, kata dia, mencapai 450 ribu hektare dan separuhnya merupakan milik petani. Tanah di Jawa, kata Tito, merupakan lahan terbaik yang cocok ditanami tebu. Sayangnya, pembukaan lahan perkebunan baru di pulau ini tak mungkin lagi sehingga harus dicari lahan baru yang memiliki karakteristik sama dengan Jawa. Lahan itu bisa ditemukan dengan merunut daerah di pulau lain yang segaris dengan Jawa. "Merauke, misalnya," katanya.
Selain pembukaan lahan baru, ujar dia, perlu adanya kebijakan yang lebih jelas tentang pergulaan di Indonesia. Hingga saat ini, kebijakan industri gula mengacu pada keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 527 yang dibuat pada 2003. "Sepuluh tahun lalu dibuat, sudah tak update lagi," kata Tito.
Asosiasi mencatat dalam 10 tahun terakhir jumlah produksi gula dari 63 pabrik gula di Indonesia cenderung fluktuatif (naik-turun), dari 1,6 juta ton hingga 2,6 juta ton per tahun. Produksi tertinggi berlangsung pada 2008 dengan jumlah produksi mencapai 2,66 juta ton. Namun, jumlah itu turun menjadi 2,59 juta ton pada 2012. Sedangkan produksi pada 2013 ini diperkirakan mencapai 2,39 juta ton.
ANANG ZAKARIA (YOGYAKARTA)