TEMPO.CO, Jakarta - Mita Diran, 27 tahun, seorang copywriter, meninggal usai terlalu letih bekerja. Lewat akun Twitter-nya, Mita menyatakan telah bekerja selama 30 jam tanpa tidur. Ia meninggal setelah mendapat perawatan di RS Pusat Pertamina, Ahad malam, 15 Desember 2013. Kematian ini menimbulkan anggapan Mita adalah sosok yang workaholic.
Di sisi positif, banyak orang yang menyukai pekerja keras sebab kerjanya kerap berbuah prestasi gemilang atau kesuksesan. Namun, tidak sedikit pula orang yang merasa dirugikan karena perilaku workaholic ini. (Baca: Soal Mita Diran, Benarkah Copywriter Muda Suka Lembur?)
Ainy Fauziyah, seorang motivator dan pelatih kepemimpinan, mengungkapkan workaholic pada umumnya meraih kesuksesan dalam berkarier. (Baca: Bahasa Tubuh SBY Pencitraan Sementara)
"Kebanyakan CEO perusahaan ternama itu bertipe workaholic," Ainy menjelaskan kepada Tempo, Selasa, 17 Desember 2013.
Namun, workaholic juga menyebabkan kerugian bagi orang-orang di sekitarnya. Mereka bakal kerap tidak diperhatikan oleh workaholic. "Normalnya kan manusia harus tetap berinteraksi dengan lingkungan sekitar, paling tidak memperhatikan keluarganya." (Baca: Kasus Mita Diran, Kerja Lembur Bisa Diatur)
Baca Juga:
Lebih rinci, Ainy menjelaskan seorang workaholic sering kali kesulitan untuk bersantai sejenak. Mereka merasa harus mengerjakan beberapa pekerjaan supaya dapat merasa lebih baik.
Bahkan, tipe pekerja keras akan berpikir untuk terus-menerus bekerja. Mereka hanya berusaha untuk mencapai sesuatu yang diharapkan, namun tidak pernah berpikir mengapa mereka mau mengerjakannya.
RINA ATMASARI | HP
Topik Terhangat
Atut Tersangka | Mita Diran | Petaka Bintaro | Sea Games | Pelonco ITN |
Berita Terpopuler
Kapan Anak Belajar Dua Bahasa?
Olah Raga Ringan Kurangi Risiko Batu Ginjal
Petit Q, Celana Dalam Pria Supermini di Dunia
Lancome Rilis Parfum Harga Fantastis Rp 820 Juta