TEMPO.CO , Banda:Benteng berbentuk pentagon itu gagah di puncak dataran tinggi Banda Neira, hanya sekitar 300 meter dari pelabuhan. Luas benteng bernama Belgica itu sekitar dua ribu meter persegi dengan tinggi sepuluh meter. Bagian atas benteng dilengkapi meriam di setiap sisinya. Belanda membangunnya dari bekas benteng Portugis pada abad ke-16. Inggris pernah merebut benteng ini pada 1796. Pada masa pendudukan Jepang benteng ini hancur, namun pemerintah merestorasinya pada 1991. Tim Tempo (penulis Agung Sedayu dan fotografer Ayu Ambong) mengunjungi lokasi itu pada pertengahan Oktober lalu.
Tak jauh dari Belgica, bekas benteng Nassau yang dibangun Belanda pada 1607 terkoyak. Bangunan benteng seluas tiga ribu meter persegi itu rusak. Hanya tinggal sisa temboknya yang sebagian runtuh. Nassau adalah benteng pertama Belanda di Banda. Pada 1621 benteng itu pernah dijadikan tempat pembantaian 44 orang kaya Banda atas perintah Gubernur Jenderal Belanda Jan Pieterszoon Coen.
Dari Neira kami ke Banda Besar. Pulau terbesar di Banda itu memiliki puluhan hektar kebun pala yang dipayungi pohon-pohon kenari raksasa berusia ratusan tahun. Di sana Belanda pernah membangun dua benteng. Pertama benteng Concordia di desa Waer. Letaknya tepat di pinggir pantai langsung menghadap ke laut lepas. Benteng yang dibangun pada 1621 ini setinggi 5 meter dengan dua pintu masuk, satu menghadap ke laut dan sisanya menghadap ke darat. Benteng kedua adalah Holandia di Desa Lonthoir. Benteng seluas 500 meter persegi itu dibangun Belanda pada 1642. (Baca: Cara Hatta-Sjahrir Tanamkan Patriotisme di Banda)
Dari Naira kami menyewa kapal motor menuju pulau Ai dan Rhun. Perjalanan ke pulau Ai sekitar 1,5 jam. Di pulau itu berdiri benteng Revengie yang dibangun Belanda pada 1616. Berjarak sekitar 100 meter dari pantai, benteng ini memiliki tembok depa setebal 5 meter. Tembok benteng setinggi empat meter itu masih utuh meski telah ditumbuhi rumput dan semak. Empat meriam tua berkarat teronggok di antara semak yang memenuhi puncak benteng. Menurut tetua desa Ai Yusuf Maja, benteng itu dibangun untuk meredam pemberontakan penduduk Ai pada 1615. (Baca:Banda Naira, Tempat Indah Pembuangan Hatta-Sjahrir)
Sekitar setengah jam perjalanan kapal motor dari pulau Ai terdapat pulau Rhun. Tidak terlalu besar, panjangnya sekitar 2.600 meter dan lebar 1.600 meter. Namun dulu ini adalah pulau terpenting karena menjadi pusat perdagangan pala Banda. Rhun juga pernah menjadi daerah koloni Inggris pertama. Selanjutnya pada 1667, melalui perjanjian Breda, Belanda rela memberikan Nieuw Amsterdam atau Manhattan di Amerika kepada Inggris untuk ditukar dengan pulau ini. Ya, di masa lalu, pulau ini jauh lebih berharga dari Manhattan.
Kini, tidak banyak sisa peninggalan kejayaan masa lalu Rhun. Satu-satunya yang tersisa adalah kerangka bangunan Rumah Besi, bekas gedung utama perkebunan pala di puncak bukit. “Pulau ini sempat hancur karena perang Belanda dan Inggris yang memperebutkannya,” ujar Burhan, tokoh masyarakat pulau Rhun.
TIM TEMPO | AMIRULLAH