TEMPO.CO, London - Juara Liga Champions 2012, Chelsea, mengumumkan kerugian yang cukup besar pada gelaran kompetisi musim lalu. Berdasarkan laporan keuangan musim kompetisi 2012/2013 yang berakhir Juni 2013, mereka melaporkan kerugian sebesar 49,4 juta pound sterling atau sekitar Rp 1 triliun. Padahal, pada musim fiskal sebelumnya, mereka justru untung.
Pada musim kompetisi 2011/2012, klub asal London itu mencatatkan keuntungan sebesar 1,4 juta pound sterling atau sekitar Rp 28 miliar. Pencapaian itu merupakan prestasi pertama klub sejak diambil oleh taipan minyak Rusia, Roman Abrahamovic, pada 2003 lalu. Sejak diakuisi sang bos besar, buku keuangan Chelsea hampir selalu berwarna merah. Hanya pada musim 2011/2012 laporan keuangan mereka menjadi hijau.
Dilansir Telegraph, Rabu, 1 Januari 2013, dalam laporan keuangan klub musim kompetisi kemarin, The Blues mencatat perputaran uang klub sebesar 255,8 juta pound sterling atau setara Rp 5 triliun. Selain itu, pendapatan Chelsea dari sektor komersial juga mencatatkan peningkatan dari 67 juta pounds menjadi 79,6 juta pounds atau tumbuh 19 persen.
Masalahnya, beban operasional klub, termasuk membayar gaji pemain, terlampau berat. Tersingkirnya Chelsea dari ajang Liga Champions merupakan pukulan telak lantaran pemasukan dari kejuaraan itu sangat berpengaruh. Hal itu terlihat saat mereka berhasil menjadi juara pada 2012, dan laporan keuangan klub langsung positif. Status juara Liga Europa 2013 tidak memberikan dampak signifikan bagi pemasukan The Blues.
Kepala Eksekutif Chelsea Ron Gourlay menyatakan, laporan keuangan Chelsea menunjukkan indikasi positif meski mengalami kerugian. Pertimbangannya adalah perputaran uang tahunan yang lebih besar menjadi pertanda struktur bisnis klub sedang tumbuh dan berjalan ke arah yang benar. “Kami yakin skuad kami saat ini bisa memberikan keuntungan pada masa mendatang,” katanya.
Chelsea kini harus lebih memperketat transaksi keuangan klub karena peraturan Financial Fair Play (FFP) yang mulai diterapkan 2016 mendatang. Saat aturan baru itu diterapkan, setiap klub yang berlaga di kompetisi Eropa sudah harus memberikan laporan bahwa arus kas mereka positif. Jika merugi, UEFA akan mendiskualifikasi keikutsertaan klub dari kompetisi di Benua Biru.
Bagi Chelsea, aturan itu menjadi tantangan yang cukup berat, terlebih dengan kerugian musim kompetisi lalu. UEFA masih memberikan toleransi kerugian maksimal 37,5 juta pounds kepada klub dalam dua tahun pertama penerapan FFP. Syaratnya, setengan kerugian itu atau sekitar 15 juta pounds dialokasikan untuk pengembangan pemain muda dan infrastruktur klub.
Namun yang krusial bagi Chelsea adalah periode pengawasan UEFA pada 2011 hingga 2014, yang menyatakan setiap klub tak boleh merugi hingga 37,5 juta pounds per tahunnya. Saat ini klub asuhan Jose Mourinho itu tercatat merugi 33 juta pounds per tahun selama 2011-2013. Artinya, pada musim ini mereka tak boleh mencatatkan kerugian sebesar 4,5 juta pounds untuk memenuhi persyaratan FFP.
Persoalan kian rumit bagi Chelsea karena poin dalam aturan FFP itu menyatakan bahwa kerugian klub pada 2011-2014 tidak boleh melebihi tiga tahun pembukuan keuangan. Kerugian itu pun maksimal cuma 25 juta pounds. Dengan keluarnya laporan keuangan 2012/2013, manajemen klub mau tidak mau harus berusaha meraih keuntungan setidaknya 9 juta pounds pada dua musim ke depan, sebelum FFP benar-benar diterapkan oleh UEFA.
TELEGRAPH | BBC | DIMAS SIREGAR
Berita lain:
Diperiksa KPK 10 Jam, Idrus Marham Curhat
Malam Tahun Baru Tak Hujan, Pawang Sukses?
9 Petisi Online Yang Berhasil di 2013
Pidato tentang BPJS, SBY: Saya Tak Mau Dengar...
SBY: BPJS Tak Tertandingi