TEMPO.CO, Jakarta - Markas Besar Polri membantah keterlibatan Abu Bakar Baasyir dalam jaringan teroris Hidayat cs, yang baru digerebek Detasemen Khusus Antiteror 88 di Ciputat, Tangerang Selatan. Menurut polisi, kelompok Hidayat cs berdiri sendiri membentuk Mujahidin Indonesia Barat.
"Baasyir itu generasi terdahulu, kalau ini (Dayat cs) generasi sekarang, jadi beda generasi," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafly Amar, dalam jumpa pers di kantornya, Jumat, 3 Januari 2014.
Keterkaitan kelompok teroris MIB hanya pada buku karya Baasyir, Tadzkirah, yang dijadikan dasar mencari dana aksi jihad. Buku tersebut menghalalkan tindak kejahatan, seperti perampokan, untuk mencari dana aksi teror.
Boy mengatakan, penyidik Densus 88 masih mendalami unsur pelanggaran pidana dalam peredaran dan konten buku tersebut. Namun, saat disinggung kemungkinan penyidik memanggil dan memeriksa Baasyir, Boy langsung membantah, "Belum ada rencana."
Sebelumnya, Kepala Kepolisian RI Jenderal Polisi Sutarman mengatakan maraknya aksi perampokan untuk mendanai kegiatan terorisme, seperti yang dilakukan teroris Ciputat, disebabkan terputusnya pendanaan dari luar negeri. Di sisi lain, kata Sutarman, ada juga doktrin yang membenarkan perampokan untuk kegiatan ini.
"Tadinya dia merampok ragu-ragu. Supaya ada legalisasi, ada buku dari Abu Bakar Baasyir yang berjudul Tadzkirah, yang mengatakan merampok untuk kepentingan itu dihalalkan," kata Sutarman.
Mantan Kabareskrim Polri ini mengatakan doktrin tersebut sangat berbahaya. Oleh karena itu, kepolisian meminta para pemuka agama meluruskan doktrin yang keliru ini. Sutarman juga berharap agar masyarakat Indonesia kritis terhadap doktrin yang membenarkan kejahatan untuk mencapai tujuan tertentu.
INDRA WIJAYA
Berita Terpopuler:
Artidjo: Saya Ingin Hukum Mati Koruptor, tapi....
Album Baru, Beyonce Rekam 80 Lagu
Titip Doa Berbayar, Ahmad Gozali Akui Salah
Bekas Kombatan Timtim Sumbang PAN Rp 500 Juta
US$ 45 Juta Disiapkan untuk Simulator Sukhoi