TEMPO.CO, Jakarta - Depo mass rapid transit (MRT) DKI Jakarta di Lebak Bulus, Jakarta Selatan nantinya akan terkoneksi dengan moda angkutan umum lainnya. Dengan begitu, depo seluas 10 hektare ini tidak sekadar menjadi bengkel MRT.
"Semua moda mulai dari Transjakarta hingga angkutan umum akan terintegrasi," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta Dono Boestami ketika dihubungi pada Rabu, 8 Januari 2014. Bahkan ada bagian yang nantinya dikembangkan sebagai perkantoran.
Sebab, kawasan di sekitar MRT akan memiliki nilai jual lebih. Konsep pengembangan ini dikenal dengan istilah transit-oriented development (TOD). Jadi, pendapatan MRT tidak sekadar mengandalkan penjualan tiket.
Dalam gambar skema yang diperoleh Tempo, depo Lebak Bulus ini akan memiliki tujuh bangunan utama. Yaitu, bengkel kereta dan tempat pemberhentian taksi di lantai paling bawah. Bangunan paling bawah ini sejajar dengan Jalan Pasar Jumat.
Di atasnya, ada Stasiun MRT Lebak Bulus, interkoneksi Transjakarta, dan interkoneksi angkutan umum. Kemudian, lantai paling atas adalah atrium dan kawasan komersial.
Di bagian gedung terpisah, rencananya akan dibangun perkantoran dan hunian. Selain itu, akan disediakan park and ride sehingga warga nyaman.
Pembangunan depo MRT ini dikerjakan oleh konsorsium Tokyu dan Wijaya Karya. Targetnya, pada 2015 mendatang, depo yang mampu menampung 90 unit gerbong kereta ini selesai dibangun.
SYAILENDRA
Terkait:
Polisi Dukung Terminal Lebak Bulus Ditutup
Bus di Lebak Bulus Tak Lagi Bayar Retribusi
Terminal Lebak Bulus Ditutup Pertengahan Januari
Sejumlah Ruas Jalan di Jakarta Tergenang