Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sungai di Gunung Merapi Defisit Material  

image-gnews
Wisatawan menggunakan mobil Jip ketika mengikuti
Wisatawan menggunakan mobil Jip ketika mengikuti "Volcano Tour Merapi" di kawasan lereng Gunung Merapi, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, (29/12). Pada liburan Natal dan akhir tahun, jumlah wisatawan yang mengunjungi kawasan sisa erupsi Gunung Merapi 2010 meningkat hingga tiga kali lipat. ANTARA/Sigid Kurniawan
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Material vulkanik Gunung Merapi pasca-erupsi 2010, sungai-sungai yang berhulu gunung itu sudah banyak berkurang, bahkan sudah defisit. Akibatnya, para penambang pasir mulai menggerus material lama.

Penambangan pasir dengan dalih normalisasi sungai akhirnya dihentikan pada 10 Desember 2013 lalu. Setelah dipetakan, rencananya penambangan material gunung itu diperbolehkan kembali pada Februari 2014. Sebab, dengan adanya hujan deras di puncak, lambat laun sungai-sungai itu kembali terisi pasir.

"Setelah berkoordinasi dengan instansi terkait, rencananya penambangan boleh dilakukan mulai Februari mendatang," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Sleman, Julisetiono Dwi Wasito, Selasa, 21 Januari 2013.

Penghentikan penambangan pasir dituangkan melalui Surat Keputusan Bupati Nomor 284/Kep.KDH/A/2011. Jika ada penambang yang nekat, maka dinilai ilegal. Sebab, pemerintah daerah belum mengeluarkan izin kembali.

Meski demikian, masih ada penambang nekat. Akibatnya, saat banjir terjadi, ada dua orang hanyut dan tewas, Minggu, 19 Januari 2013 lalu di Kali Gendol.

Sungai-sungai yang berhulu di Merapi, di wilayah Sleman, adalah Kali Gendol, Kali Opak, Kali Kuning, Kali Boyong dan Kali Krasak. Material vulkanik paling banyak ada di Kali Gendol.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Faktor cuaca, kata Julisetiono, juga dipertimbangkan kenapa penambangan dilarang. Sebab, jika hujan deras menggyur puncak gunung, potensi banjir yang membawa material vulkanik masih ada. "Hujan deras berdurasi 20 menit saja bisa ada banjir. Penambangan di badan sungai sangat riskan," kata Juli.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Sleman, Makwan, mengatakan kebanyakan penambang yang menkadi korban dari luar Sleman. Kemungkinan karena faktor ketidaktahuan dan mengabaikan peringatan.

Selain itu, banjir di sungai sangat cepat sehingga penambang tidak siap dan tersapu banjir bandang. "Mungkin juga karena tidak paham dan sudah telanjur datang dengan membawa truk dari luar daerah," kata dia.

MUH SYAIFULLAH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

1 hari lalu

Tugu Yogyakarta, pada awal dibangun pada era Sultan HB I sempat setinggi 25 meter. Dok. Pemkot Yogyakarta.
Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

UNESCO akui Sumbu Filosofi Yogyakarta, garis imajiner dari Gunung Merapi, Tugu, Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak, dan bermuara di Laut Selatan.


Monyet Ekor Panjang Muncul di Pemukiman Sleman yang Berjarak 10 KM dari Gunung Merapi

3 hari lalu

Monyet ekor panjang terpantau warga di Sleman memasuki pemukiman sejak Minggu hingga Senin, 5-6 Mei 2024. (Dok. Istimewa)
Monyet Ekor Panjang Muncul di Pemukiman Sleman yang Berjarak 10 KM dari Gunung Merapi

Memasuki bulan kemarau awal Mei ini, warga di Dusun Rejodani, Sariharjo, Ngaglik, Sleman Yogyakarta dikagetkan dengan kemunculan sejumlah monyet ekor panjang


Cerita dari Kampung Arab Kini

18 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

25 hari lalu

Atraksi jathilan di Sleman, DI Yogyakarta. Dok. Istimewa
Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

Sleman menggelar sejumlah atraksi, mulai dari kesenian tradisional hingga pentas musik pada 13 hingga 15 April 2024.


Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

40 hari lalu

Suasana Pasar Takjil Kaliurang di lereng Gunung Merapi Sleman Yogyakarta yang berlangsung 29-31 Maret 2024. (Dok. Istimewa)
Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

Pasar takjil di Kaliurang lereng Gunung Merapi akan diubah menjadi Festival Kuliner Kaliurang selama libur Lebaran.


Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

42 hari lalu

Kawasan wisata Tebing Breksi di Sleman, Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

Pemudik dan wisatawan diminta cermat memilih jalur yang aman saat ke Sleman, Yogyakarta, tak semata mengandalkan Google Maps.


Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

51 hari lalu

Gunung Merapi di Yogyakarta. Dok. BPPTKG Yogyakarta.
Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

Wisatawan yang berencana melancong ke Yogyakarta pekan ini diprediksi dapat menikmati kondisi cuaca yang lebih cerah dibanding pekan lalu.


Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

4 Maret 2024

Kubah lava Gunung Merapi terlihat dari Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Rabu, 24 Januari 2024. Data BPPTKG pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awanpanas guguran di daerah potensi bahaya dan menghimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya lahar serta awanpanas guguran terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi yang saat ini berada di tingkat aktivitas Siaga (level III). ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas. Tiga dari tujuh awan panas guguran tadi sore jarak luncurnya melampaui 2.000 meter.


Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

4 Maret 2024

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran pada Jumat petang, 28 Juli 2023. Dok. BPPTKG.
Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

Gunung Merapi kembali erupsi dan mengeluarkan awan panas guguran sebanyak tujuh kali pada Senin sore. Awan panas menuju arah barat daya.


Libur Akhir Pekan di Lereng Merapi, Perhatikan Catatan BPPTKG dan Rekomendasi Daerah Aman

2 Maret 2024

Kubah lava Gunung Merapi terlihat dari Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu, 24 Januari 2024. Menurut data BPPTKG telah terjadi Awan panas Guguran durasi 186.28 detik pada tanggal 24 Januari 2024 pukul 15:56 WIB dengan jarak luncur maksimal 1.800 meter ke arah barat daya (kali Bebeng). ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Libur Akhir Pekan di Lereng Merapi, Perhatikan Catatan BPPTKG dan Rekomendasi Daerah Aman

Destinasi destinasi di lereng Merapi menjadi salah satu favorit wisatawan saat berakhir pekan.