TEMPO.CO, Jakarta - Meski baru beroperasi sekitar dua minggu di Bandara Halim Perdanakusuma, Perum Damri sudah gusar akan nasib keberlangsungan usahanya. Direktur Utama Damri Agus S. Subrata mengeluh lantaran ada kabar Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan akan melakukan tender atas trayek bus di sana.
“Kenapa harus tender? Kita sudah siap, kok, malah ditender,” kata Agus ketika ditemui seusai rapat pimpinan badan usaha milik negara, Kamis, 23 Januari 2014.
Ia menilai karakteristik Bandara Halim yang merupakan daerah militer tidak cocok bila terlalu terbuka bagi para pengelola bus lain untuk masuk. Ia khawatir pada masa mendatang jika terlalu banyak operator bus bisa mengganggu kondisi di sekitar Halim. “Halim kan daerah militer, jadi jangan sampai terbuka,” tuturnya.
Sejauh ini, kata dia, Damri telah menyanggupi menyediakan 44 unit bus. Puluhan bus tersebut merupakan bagian dari pengadaan 73 bus tahun lalu senilai Rp 28 miliar. “Sebenarnya ditujukan untuk di daerah lain, namun ditarik ke Halim karena lebih mendesak. Tapi, bila ditender, investasi kita bagaimana?” katanya.
Dari 44 unit bus yang akan disediakan, menurut Agus, hingga kini baru 12 bus yang dioperasikan untuk tujuh trayek. “Nanti kalau di Halim mulai ramai, baru akan ditambahkan,” ucapnya.
Direktur Usaha Damri Samardi Usman menambahkan, Damri di Bandara Halim baru mengangkut 100-120 penumpang per hari. “Break event point-lah. Belum rugi, belum untung. Namanya juga masih baru,” tuturnya.
ANANDA PUTRI
Terpopuler :
Cuaca Buruk, 74 Penerbangan di Bandara El Tari Delay
Alasan Industri Pulp dan Kertas Akan Digenjot
Potensi Monopoli Elpiji, KPPU Panggil Pertamina
Bosowa Bangun Terminal LPG di Banyuwangi
Penguatan Indeks Berlanjut, Transaksi Rp 4,3 T