TEMPO.CO, Manado - Pemulihan Kota Manado setelah dilanda banjir terkesan lambat. Menjelang sepuluh hari setelah banjir bandang menerjang ibu kota Sulawesi Utara itu, sampah dan lumpur masih menggunung di berbagai sudut kota.
Dari pantauan Tempo, Jumat, 24 Januari 2014, belum ada aktivitas pengangkutan sampah di Kelurahan Banjer, Taas, dan Tikala Baru. Bau busuk pun menyeruak, menusuk hidung. Selain sampah, lumpur juga dibiarkan teronggok di pinggiran jalan sehingga ketika hujan membuat jalanan menjadi licin.
Sampah dan lumpur itu tidak hanya menyebarkan bau dan merusak pemandangan. Perjalanan truk pengangkut sampah yang dikerahkan pemerintah dan berbagai yayasan jadi terhambat akibat jalanan yang licin. "Kami kesulitan karena sampah yang diangkut itu berat. Belum juga lumpur yang kebanyakan masih cair. Mau angkut susah, mau buang juga susah," kata Samuel, seorang sopir truk sampah.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Manado Julises Oehlers membantah tudingan yang menyebutkan jajarannya tidak bekerja maksimal dan hanya menunggu bantuan pihak lain. Menurut dia, seluruh armada pengangkut sampah telah dikerahkan untuk memulihkan Manado. "Harus sabar, karena semua daerah terkena dampak. Kami punya keterbatasan," katanya.
Banjir menerjang Manado, Rabu, 15 Januari 2014. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulawesi Utara menyatakan bencana itu menewaskan 19 orang dan menimbulkan kerugian 1,87 triliun. (Baca juga: Warga Protes Pemberitaan Lebay Soal Wali Kota Manado)
ISA ANSHAR JUSUF
Berita Lainnya:
Aburizal Pede Kalahkan Jokowi
Begini Tuntutan Para Pelawak pada Jokowi
MRT Disebut untuk Orang Miskin, Singapura 'Ngamuk'
Sutan Sebut Rumah di Bogor Atas Nama Istrinya
Korea Selatan Melangkah ke Teknologi 5G
Akil Pasang Tarif Miliaran Urus Sengketa
Mahfud Md. Mengakui Bertemu Atut