TEMPO.CO, Cilacap- Memori warga Cilacap dalam menghadapi gempa bumi dan tsunami menjadi pelajaran berharga bagi warga. Meski masih panik saat gempa datang, mereka kini tak lagi mendatangi laut usai gempa.
“Masyarakat panik dan berlarian saat gempa, tapi tak berani mendekat laut lagi,” kata Muhammad Ikbal, 33 tahun, warga Desa Widarapayung Kecamatan Binangun Cilacap, Jumat, 25 Januari 2014.
Ikbal bekerja sebagai penjaga di pantai yang kerap digunakan untuk berselancar itu. Pada 2006, pantai itu luluh lantak diterjang tsunami akibat gempa Pangandaran. Sejumlah orang tewas dalam bencana itu.
Gempa terjadi di pukul 12.14 WIB dengan kedalaman 79 sampai 8 kilometer. Pusat gempa berada di 104 kilometer arah barat daya Kebumen. Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
Menurut Ikbal, usai terjadi gempa, penduduk setempat langsung berlarian menjauh arah pantai. Ia mengatakan, di pesisir Widarapayung memang tak ada gumuk pasir yang mampu menahan terjangan tsunami.
Lain lagi cerita Sinem, 56 tahun, juga warga Widarapayung. Trauma tsunami 2006 masih membekas di ingatannya. “Dulu saya sibuk mencari sertifikat tanah, tapi sekarang semua ditinggal yang penting lari menjauh dari pantai,” katanya.
Meski sempat panik, kata dia, ia tak begitu khawatir dengan datangnya tsunami. Saat ini, sudah terpasang papan peringatan jalur evakuasi jika terjadi tsunami.
Garis pantai di Cilacap memanjang hingga 53 kilometer. Daerah ini sangat rawan karena dilintasi zona subduksi lempeng Eurasia dan Australia.
Selain di Widarapayung, warga Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala, Cilacap juga sempat panic dengan datangnya gempa. “Warga berlarian keluar rumah sambil meneriakkan takbir,” kata Sumaryanto, warga setempat.
Di pesisir Kebumen, tepatnya di Pantai Ayah, gempa membuat batu-batu di bukit yang mengepung pantai itu runtuh. "Tapi tidak ada korban jiwa,” kata Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Kebumen Komper Wardopo.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Cilacap, Supriyanto mengatakan, gempa mengakibatkan tiga unit rumah mengalami rusak berat dan 13 lainnya rusak ringan. “Tidak ada korban jiwa. Kerugian mencapai puluhan juta rupiah,” katanya.
Sementara di Banyumas, 16 rumah di Kecamatan Pekuncen roboh. Termasuk masjid At Taqwa yang separuhnya ambruk.
ARIS ANDRIANTO