TEMPO.CO , Jakarta: Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga, menyatakan penyebab banjir di wilayah Bekasi semakin parah karena berkurangnya daerah resapan. "Bagaimana tidak banjir kalau semua daerah resapan ditimbun?" ujarnya saat dihubungi pada Rabu, 29 Januari 2014.
Sejak 1985 hingga sekarang, kata dia, ada puluhan situ atau rawa di Bekasi yang diurug dan berubah menjadi kawasan pemukiman.
"Kalau diperhatikan, ada 2 karakteristik daerah yang terkena banjir di Bekasi," kata Joga. "Yang pertama pasti daerah bantaran sungai, kedua daerah yang kebanjiran itu bekas rawa atau situ."
Kedua hal ini, dia menambahkan, diperparah oleh buruknya sistem drainase yang kecil, dangkal, dan dipenuhi sampah atau lumpur. "Jadi wajar ketika musim hujan belum sampai puncak saja, banjirnya sudah separah sekarang."
Hingga Rabu, 29 Januari 2014, tercatat banjir masih menggenangi 71 titik di wilayah Bekasi. Berdasarkan pantauan Tempo, banjir hampir terjadi di sejumlah wilayah. Seperti di Harapan Indah Medansatria, ketinggian air mencapai sepaha. Taman Harapan Baru, Duta Kranji, Bekasi Barat, air mencapai 1 meter. Di Jalan Raya Bintara, ketinggian air selutut orang dewasa.
Di Pondok Ungu Permai, Vila Indah Permai, Perumahan SBS, dan lainnya di wilayah Bekasi Utara, ketinggian air mencapai sepinggang orang dewasa. Selain itu, sejumlah pemukiman di Bekasi Timur pun turut terendam di antaranya, Bekasi Jaya Indah, Perumnas 3, Duren Jaya, Kampung Karang Kitri, dan lokasi lainnya. Berita lainnya klik banjir Bekasi.
Joga menyebutkan, banjir yang mengepung Bekasi saat ini merupakan imbas dari pesatnya pembangunan di wilayah timur Ibu Kota sejak akhir 1980an. "Dulu Bekasi jadi hunian baru buat warga Jakarta, makanya pembangunan di sana sangat pesat."
Tapi, kata dia, sayangnya pembangunan di Bekasi tidak dibarengi dengan perencanaa tata ruang yang baik. "Harus ada audit terhadap tata ruang di Bekasi," kata Joga. Dengan audit ini, maka akan diketahui wilayah mana yang menyalahi peruntukannya atau tidak.
Jika ada daerah yang memang tata ruangnya salah, maka mau tidak mau pemerintah harus melakukan peremajaan kawasan. "Misalnya memperbaiki drainase, dan membebaskan lahan untuk danau buatan, bahkan kalau perlu mengembalikan fungsi semula menjadi daerah resapan."
PRAGA UTAMA
Terpopuler:
Isu Lumpuh Akibat OCD, Deddy Corbuzier: Bodoh
Jakarta Dikepung Calon Banjir Besar
Mobil 'Wah' Adik Ratu Atut Ditaksir Rp 30 M
Foto Mirip Asmirandah dan Jonas di Gereja
BPPT Perangi Hujan di Jakarta Hari Ini
KPK: Ada Nama Lain di Mobil Mewah Adik Ratu Atut