TEMPO.CO, Jakarta - Selama tiga pekan mengungsi, korban banjir Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jakarta Timur, harus siap mengkonsumsi makanan dengan menu yang terbatas. Selain mi instan, ransum makanan yang datang dari donatur ataupun pemerintah menunya sederhana. "Ya, paling tempe, sayur. Kalau daging, jarang," kata Eddy Patinama, koordinator posko pengungsi Kampung Pulo di kantor Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Senin, 3 Februari 2014.
Akibatnya, para pengungsi pun banyak yang mengeluh karena bosan dengan menu makanan itu. Soal rasa jenuh ini diakui Eman, warga RT 14 RW 03, Kampung Pulo, yang mengungsi di lokasi tersebut. "Bosan makanannya itu-itu saja. Saya sampai enek makan mi instan terus," kata warga berusia 50 tahun ini.
Namun dia tak punya pilihan lain. "Ya, pasrah saj. Ini juga sudah syukur dapat bantuan, namanya juga lagi musibah," kata Eman. Namun dia sedih melihat anak-anak dan para balita di pengungsian yang harus makan makanan seadanya. "Saya khawatir anak-anak sakit karena kurang gizi," kata ayah dari tiga anak itu.
Dokter di posko pengungsian, Gafar Hartatiyanto, mengatakan memang untuk masalah makanan, menunya terbatas. Namun, ujar dia, Suku Dinas Kesehatan menjamin menu makanan cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi para pengungsi. Tidak hanya itu, setiap bantuan makanan yang datang pun akan diambi sampelnya untuk diuji di laboratorium kesehatan daerah. "Setiap pekan, Palang Merah Indonesia juga mengirim telur asin buat pengungsi, agar kebutuhan protein mereka terjaga dan pencernaan tetap sehat," ujarnya.
Sedangkan terkait kesehatan mental pengungsi, Gafar mengatakan pihak Suku Dinas Kesehatan rutin menerjunkan tim psikolog ke pos-pos pengungsian. Tim dari perkumpulan psikolog Jakarta ini datang ke posko untuk mengadakan aneka permainan bagi anak-anak dan ibu-ibu. "Pengungsi sudah pasti stres. Mereka harus memikirkan rumah yang terendam banjir dan di pengungsian pun mereka tidur berdesak-desakan."
Keberadaan tim psikolog ini, menurut Gafar, cukup membantu menstabilkan tingkat stres para pengungsi. Sedangkan penyakit fisik yang kini mulai menyerang para pengungsi biasanya berupa batuk dan pilek. "Karena ratusan warga tinggal satu atap, penyakit mudah menular," kata Gafar.
Selain itu, penyakit gatal-gatal dan kutu air akibat banjir juga sering dikeluhkan pengungsi. Sejauh ini, kata dia, tenaga medis dan obat-obatan di posko kesehatan pengungsian masih bisa menangani keluhan para warga tersebut. "Belum ada kasus berat, kecuali jika memang pengungsinya punya riwayat penyakit," kata Gafar.
PRAGA UTAMA
Berita Terpopuler
Colek Keluarga Jokowi-Ahok, Bumerang Ani Yudhoyono
Jokowi Datangi Kampung Deret, Seorang Ibu Mengeluh
Tim Pemburu Koruptor Kejar Eddy Tansil
SBY Minta Pertimbangan DPR Soal Pecat Azlaini Agus
Eksekutor Feby Lorita Tertangkap di Siantar